Namun, Ibnu tetap tidak ingin keluar dari usahanya mengenalkan kekayaan budaya Nusantara melalui karya-karya hasil tempaannya. Seperti pembuatan gelang yang selalu dipadukan dengan motif khazanah kebudayaan lokal. Salah satu gelang hasil karya Ibnu diberi nama gelang Sikerei yang tiada lain merupakan sebutan bagi kepala suku Shaman, Mentawai.
Gelang Sikerei memiliki motif tato khas Mentawai, dimana di seluruh bagian tengah punggung lingkaran gelang memiliki motif persambungan mata panah.
Tidak hanya itu, dalam mendesain sebuah pisau pun, biasanya Ibnu selalu membawa motif senjata tajam khas Nusantara salah satunya pisau bushcraft bikinan Ibnu yang mengadopsi dari parang suku Dayak Kalimantan, Mandau.
Bushcraft itu tampak sangat mirip dengan dengan mandau, hanya ukurannya saja yang lebih kecil karena peruntukannya sebagai pisau untuk mengiris bahan masakan juga memotong material keras seperti kayu dan yang lainnya.
Baca Juga: Gudang Amunisi yang Meledak Ternyata Berbatasan Langsung Dengan Permukiman
"Kalau rentang harga produk kami ini memang bervariasi dari mulai ada gelang yang harga Rp 500 ribu hingga Cincin Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Kalau pisau kita mulai dari Rp 1,5 juta sampai tak terhingga," kata Ibnu sambil berkelakar.
Disamping menjual produknya, Ibnu pun berusaha mengedukasi konsumen kalau buah tangan kawan-kawan Pijar tentu berbeda dengan produk pabrikan. Pijar menempuh jalur crafting.
Terkadang, kata dia, banyak orang yang tidak paham kenapa harga sebuah pisau bisa lebih mahal dari harga golok pabrikan padahal golok dari ukuran lebih jumbo.
"Ya makanya kita edukasi juga karena kan ketika disodorkan harga murah, ini handmade tapi kok harganya lebih murah dari pisau pabrik, kan lucu. Makanya kita edukasi juga karena penghargaan masyarakat kita masih murah terhadap craftman," tukasnya.
Dengan cara itu pula, Ibnu berusaha mengenalkan kembali khazanah kebudayaan Nusantara kepada anak muda sekarang melalui aktivitas menempa.
Baca Juga: Sampai ke Dealer, Toyota Calya Facelift Dibanderol Mulai Rp 144 Juta
"Kita melihat generasi sekarang ini semakin jauh dari budayanya, bangsa seperti apa yang tidak mengakar terhadap budayanya. Kita tidak punya identitas kita tidak punya pride terhadap bangsa. Makanya kita ingin menempa jati diri anak-anak muda ini. Ini (menempa logam) hanya pintu masuk," ujarnya.
Berita Terkait
-
Inggris Tak Mau Pulangkan Artefak Bersejarah Indonesia, Fadli Zon: Banyak di British Museum dan British Library!
-
Revitalisasi Seni Tradisional untuk Masa Depan Kebudayaan Indonesia
-
Jadi Prioritas dalam Agenda Pembangunan Nasional, Ditjen Kebudayaan Rayakan 7 Tahun Disahkannya UU Pemajuan Kebudayaan
-
Dance in Diversity Raih Penghargaan Desain Interior di Asia Pacific Property Awards
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Apakah Samsung A35 Tahan Air dan Spesifikasinya
-
Transformasi Digital BRIAPI Sukses Membawa BRI Raih Pengakuan Global
-
Local Media Community 2024 Roadshow Class Tasikmalaya: Media Lokal Perlu Diversifikasi Sumber Pendapatan
-
4 Santri Tewas Tertimbun Tanah Longsor di Sukabumi, BPBD Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Tersedia 100 Ribu Hadiah Termasuk BMW 520i M Sport di BRImo FSTVL, Ini Cara Memenangkannya!