Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 12 Februari 2020 | 18:44 WIB
Suhaya di lahan sawah miliknya yang tertutup Longsor di kawasan Hegarmanah Kabupaten Bandung Barat. [Suara.com/Cesar Yudsitira]

SuaraJabar.id - Suhaya (50) bersama istrinya Emi yang tengah menggandeng tangan anak perempuannya termangu melihat sawahnya hilang tertimbun longsor yang terjadi pada Selasa (11/2/2020) malam di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

Longsor yang membawa material tanah itu, menutup lahan persawahan warisan peninggalan orang tuanya. Padahal di awal tahun ini, ia tengah berharap akan memetik hasil dari lahan persawahannya bersama dua adik dan kakaknya.

"Semuanya ada 200 tombak (2.800 meter). Rencananya Sabtu ini mau panen," kata Suhaya, saat ditemui di lokasi longsor, Rabu (12/20/2020).

Sesekali Suhaya menghitung, jika tidak terjadi bencana, hasil panen yang didapat dari lahan tersebut sekitar 1.000 kilogram beras lebih yang siap dijual. Pun, ia sempat berencana, hasil penjualan panen itu akan digunakan untuk menyambung hidup bersama dua anak dan satu istrinya.

Baca Juga: Tanah Longsor Timbun 10 Rumah di Bandung Barat

Meski hasil panen tersebut harus dibagi tiga bersama adik dan kakaknya, namun dengan jumlah itu, Suhaya merasa kecukupan untuk menyambung hidup dan memulai untuk menanam kembali.

"Yah paling satu orang kebagian 300 kilogram lebih beras. Lumayan itu," ucapnya berseri.

Wajar saja, ia mengharapkan panen tersebut. Lantaran penghasilan sampingannya sebagai tukang ojek, kerap kali merasa kekurangan.

Saat longsor terjadi, Suhaya mengaku sedang berada di rumahnya, yang beralamat di Tegal Laja. Lokasi rumahnya cukup jauh, berjarak satu kilometer dari titik terdampak longsor.

Ia dikabari oleh adiknya, yang tinggal tak jauh dari titik longsor. Sesampainya di lokasi, longsoran telah menutupi lahan persawahannya, dan hanya menyisakan tak lebih dari 50 meter luas tanah yang tersisa.

Baca Juga: Longsor di Bandung Barat, Uang Rp 10 Juta Milik Jajang Ikut Tertimbun

"Dulu pernah longsor gini, lupa yah tahun kapan, seingat saya mah sudah ada jalan tol. Tapi tidak separah ini. Waktu itu diganti sama Jasa Marga. Kalau sekarang enggak tahu," katanya.

Meski keadaan tak berpihak padanya, ia berusaha menerimanya. Kejadian ini, menurut Suhaya memang tak bisa di hindarkan.

Ia berharap, sisa padi yang masih tertanam di sisa lahannya, dapat di panen dengan baik, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Yah yang namanya bencana siapa sih yang mau. Mudah-mudahan ke ganti (rezekinya) yang lebih besar," katanya.

Kontributor : Cesar Yudistira

Load More