Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 05 April 2019 | 11:34 WIB
Pengagas dan Perintis Insitut Musik Jalanan (IMJ), Andi Malewa. (Suara.com/Supriyadi)

SuaraJabar.id - Andi Malewa bukan nama baru di kalangan pengamen jalanan di kawasan Depok, Jawa Barat. Dia pendiri Institut Musik Jalanan (IMJ). Di sana, para pengamen jalanan jadi naik kelas.

Andi Malewa ngamen selama puluhan tahun dari bus ke bus, dari pemukiman ke pemukiman dan dari jalanan ke jalanan. Hingga akhirnya Andi Malewa mendirikan IMJ.

"Kami sebagai pemusik jalanan ingin sekali masuk industri musik Indonesia dan diakui, serta memperoleh ruang waktu itu awal dibentuknya IMJ. Karena kami memiliki bakat musik," kata Andi Malewa, kepada Suara.com, Kamis (4/4/2019) kemasrin.

Andi Malewa menilai para pengamen jalan banyak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Namun, bagi dirinya pengamen adalah seorang yang memiliki seni dan bakat dalam bermusik.

Baca Juga: Kepergok Curi Ponsel Warga, 2 Pengamen di Bekasi Apes Dikeroyok Massa

"Satu hal ada yang harus saya luruskan, bahwa di jalanan ada pengemis berkedok pengamen,dan preman berkedok pengamen.Tapi kami memiliki kemampuan dan seni untuk memenuhi kehidupan, sehari-hari dengan cara bermusik," kata Andi ketika ditemui di Jalan Margonda, Kota Depok, Jawa Barat.

Ditambah lagi niat awal membentuk IMJ, melihat seluruh kota bergerak menjadi smart city, modernisasi di mana - mana. Namun tidak ada yang memperhatikan musisi jalanan. Lalu adanya peraturan daerah di semua kota melarang pengamen berekspresi dan beraktifitas. Maka itu, perlu ada pengakuan baik itu lisensi atau apapun jenisnya, agar mampu berekspresi di ruang publik.

"Sejak 2016 para pengamen yang masuk IMJ sudah naik kelas bisa mengamen di mal dan pusat belanja di wilayah Jabodetabek," tuturnya.

Tidak hanya naik kelas ngamen di pusat belanja, kata dia, penghasilannya pun lumayan. Sekarang anak - anak pengamen yang masuk IMJ bisa mendapatkan penghasilan yang baik.

"Biasanya untuk bawa pulang Rp 50 ribu sulit, tapi sekarang sekali pentas bisa dapat Rp 400 ribu. Peralatan musik juga kebeli yang bagus, kontrakan terbayar, juga anak - anak mereka bisa sekolah," ulasnya.

Baca Juga: Pengamen Viral ala Pieter Lennon Asal Yogya : Ngamenlah dengan Terhormat

Andi mengatakan, awal terbentuk IMJ sejak itu mulai menjaring kurang lebih 500 pengamen se - Jabodetabek. Ada beberapa persyaratan ketat masuk di IMJ, seperti mulai dari KTP hingga menunjukkan surat keterangan bebas Narkoba.

"Dari ratusan pengamen itu kita jaring lagi, menjadi 120- an yang kami pecah menjadi kelompok - kelompok musik. Mereka tampil di mall - mall itu," jelasnya.

IMJ ini kata diakui oleh Kementerian Pendidikan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan melalui Subdit pertunjukan mamasukkan program IMJ. Program itu lanjutnya, yaitu bekerjasama dengan pusat - pusat perbelanjaan di wilayah Jabodetabek, untuk menampung kreatifitas para pengamen jalanan.

"Jadi, di situ kami bisa beraktifitas menghibur pengunjung mall dan memperoleh penghasilan layak. Pengumuman diberikan kepada para pengamen jalanan bahwa kita naik kelas," beber dia.

Andi Malewa pun mengakui bahwa pembentukam IMJ dan pencapaian sekarang ini membutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan kerja keras. Ada satu yang ada dibenak Andi ketika itu niat kuat untuk membuat IMJ.

Kontributor : Supriyadi

Load More