Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Selasa, 27 Oktober 2020 | 14:16 WIB
ILUSTRASI -Perpustakaan yang konon dulunya adalah rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW (Foto: Islamic Landmark)

Uniknya, kebiasaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, seluruh umat muslim yang telah membaca manakib tersebut akan disajian berbagai santapan khas yang hanya ada di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, salah satu makanan khasnya yakni nasi kebuli dengan daging kambing.

Perayaan sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi kebahagian bagi umatnya, yang hingga kini menjadi umat yang ditolong dari kegelapan menuju terang benderang.

Selain itu umat muslim di Indonesia juga mentauladini Rasulullah baik jalan hidup dan tuntunan yang disampaikannya kepada umatnya di dunia kini.

Peringatan sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW diartikan sebagai kegembiraan bagi umat Islam, umat yang diyakini telah ditolong nabi Muhammad SAW dari kegelapan. Berkat kelahiran nabi Muhammad SAW umat muslim saat ini memiliki hari besar lain dalam Islam

Baca Juga: Wajib Tahu, Begini Sejarah Peringatan Pertama Maulid Nabi Muhammad SAW

Tanpa adanya sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW maka tidak akan ada perayaan Nuzulul Quran, Isra Mikraj dan hari besar Islam lainnya.

Dalil Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sendiri dalam dalil juga diperkuat diantaranya hadis shahih Imam Muslim yang disebutkan: ketika Nabi Muhammad SAW ditanya mengapa puasa di hari senin dan menjawab bahwa itu hari lahirnya itulah nash yang paling jelas dinilai diperbolehkannya peringatan Maulid nabi.

Penguatan lain di antaranya perintah Allah SWT untuk bersalawat yang terdapat pada surah Al-Ahzab:56,  “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”

Peringatan Maulid Nabi juga bisa didasarkan atas hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud. “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”

Baca Juga: Pemkot Balikpapan Izinkan Masyarakat Gelar Maulid Nabi di Tengah Pandemi

 [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Baik buruknya suatu peringatan yang bisa menimbulkan polemik umat, sangat tergantung dari keyakinan. Imam Syafi’i mengatakan suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan kitabullah, sunnah dan ijmak dinilai terpuji. Sesungguhnya tidak semua bid’ah itu haram.

Load More