Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 15 Februari 2021 | 13:13 WIB
ILUSTRASI tempat wisata di Kabupaten Bandung Barat. Wisatawan tengah menikmati atraksi wisata budaya di Wisata Lembang Parkir and Zoo. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Kabupaten Bandung Barat (KBB) sedang bersedih. Bukan tanpa sebab, bisnis pariwisata yang terpuruk akibat imbas pandemi Covid-19 membuat pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor itu terpangkas hingga 50 persen.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB, tahun 2020 lalu PAD dari sektor pariwisata hanya sekitar Rp 28,401 miliar lebih. Rinciannya hotel 9.892.119.987, restoran sebesar Rp 17.141.314.432, dan hiburan mencapai Rp 1.368.410.667.

Pendapatan yang masuk kas Pemkab Bandung Barat itu terjun bebas hingga 50 persen lebih dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp 48,945 miliar lebih. Rinciannya hotel menyumbang Rp 18.069.667.988, restoran sebesar Rp 26.552.121.850, lalu sektor hiburan menyumbang Rp 4.324.793.294.

"Intinya sekarang kita harus memutar otak bagaimana menarik wisatawan tapi tak abai protokol kesehatan," ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB, Heri Partomo kepada Suara.com, Senin (15/2/2021).

Baca Juga: Innalillahi, Kiai Jajang Meninggal saat Lantunkan Ayat Suci Al-Quran

Herry mengatakan, terpuruknya bisnis pariwisata sepanjang tahun 2021 menjadi tugas berat bagi pemerintah dan pengelola wisata untuk kembali mendongkrak kunjungan wisata ke Bandung Barat.

Ia mengaku sudah berbincang dengan pengelola wisata juga menampung keluhan jika selama pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan ke Lembang hanya mencapai 20 persen.

"Kebijakan pemerintah berlaku untuk semua. Kondisinya memang sangat berdampak ke pariwisata. Kunjungan jelas sekarang sangat menurun. Itu jadi tantangan sangat berat buat kita membalikkan kondisi ini," beber Heri.

Pegiat pariwisata, Perry Tristiano mengatakan, sejak mewabahnya pandemi Covid-19 memang kunjungan wisata ke Jawa Barat termasuk wilayah Bandung Barat terkhusus Lembang mengalami penurunan. Namun menurutnya bukan hanya karena pandemi Covid-19 saja.

Menurut Perry, wisatawan di Indonesia bergerak dari arah barat ke arah timur, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana mereka lebih mencari destinasi ke arah timur.

Baca Juga: Tiga Hari Ngantor di Bali, Sandiaga Dapat Tiga Catatan Bangkitkan Wisata

"Misal, wisatawan Jabodetabek memilih menghabiskan uangnya untuk berlibur ke wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan destinasi wisata yang berada di arah timur lainnya," ungkap Perry.

Ia membeberkan, pasar wisatawan yang ada di Jawa Barat dan Jabodetabek kurang lebih sebanyak 55 juta orang.

"Mereka mempunyai gaya hidup yang lebih konsumtif menghabiskan uangnya untuk resfreshing ke tempat-tempat wisata, menginap di hotel dan menikmati culinary di Bandung dan sekitarnya," bebernya.

Kawasan obyek wisata Lembang yang biasanya selalu dipadati pengunjung setiap hari libur, kini hanya sebatas pemenuhan operasional. Pelaku usaha wisata hanya bisa gigit jari melihat persentase jumlah kunjungan yang tidak lebih dari 10 persen.

Perry menerangkan, bulan Desember biasanya terdapat kenaikan kunjungan wisatawan ke tempat tempat wisata, dan penuhnya hunian di hotel-hotel yang ada di Bandung dan sekitarnya.

"Namun di bulan tersebut justru terjadi kenaikan kasus Covid-19 yang sangat drastis," ucapnya

Berangkat dari peralihan tujuan wisata itu, Perry menduga, kosongnya kunjungan wisatawan di Jawa Barat disebabkan karena adanya pergerakan wisatawan sudah mengarah ke bagian timur.

Selain tentunya karena ada kekhawatiran wisatawan terhadap kabar kasus Covid-19 dan ketatnya aturan di sektor wisata. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Load More