Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 29 Maret 2021 | 12:16 WIB
Agun Gumilar (26 tahun) warga Kampung Baru Rende, Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan disebut menjadi kepala desa termuda di Jawa Barat / [SuaraJabar.id / Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Komoditas jahe merah tumbuh subur dari tangan terampil kelompok petani Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Di lahan 1,5 hektare milik Pemerintah Desa Cikalong ini kini ada sekitar 22 ribu batang jahe merah yang tumbuh. Rencananya, jahe tersebut akan dipanen Mei atau Juni mendatang.

Puluhan ribu jahe merah itu mulai dibudidayakan September 2020 di tengah pandemi Covid-19. Alasan pemilihannya pun lantaran khasiat tanaman herbal itu disebut bisa menambah daya tahan tubuh.

"Kita mulai tanam September 2020. Alasannya berkaitan sama penanganan Covid, katanya untuk ketahanan daya tubuh akhirnya komoditi yang dipilih jahe," jelas Kepala Desa Cikalong, Agun Gumilar kepada Suara.com, Senin (29/3/2021).

Baca Juga: Sikapi Bom Makassar, Kota Cimahi dan KBB Lakukan Hal Ini

Kepala desa termuda dan yang memiliki paras tampan itu menjelaskan, budidaya jahe merah itu berawal dari adanya tanah desa sekitar 1,5 hektare di Kampung Cisahueun, RW 13, Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, KBB yang tidak produktif.

Tanaman jahe merah yang dibudidayakan petani bersama Pemerintah Desa Cikalong, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB). [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

Kemudian Pemdes Cikalong melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mengajak kelompok tani Cisahueun Farm untuk bekerjasama menggarap lahan tersebut. Total ada sekitar 45 orang, namun yang aktif hanya sekitar 15 orang dari kelompok tani tersebut.

"Awalnya ada wacana budidaya jagung tapi kurang daya jualnya. Akhirnya dipilih jahe yang lagi bagus," ujar Agun.

Menurut Agun, butuh modal besar untuk biaya tanam jahe di lahan tersebut. Ada sekitar 1 ton jahe yang saat itu dibeli untuk dibudidayakan para petani bersama BUMdes Cikalong. Dari total 1 ton itu akhirnya tumbuh 22 ribu batang.

Untuk membeli 1 ton jahe itu, modal yang dikeluarkan mencapai Rp 50 juta dimana per kilogramnya mencapai Rp 50 ribu. Modalnya merupakan hasil urunan dari Pemdes bersama kelompok tani.

Baca Juga: Bukan Green Canyon, Sungai Ini Bikin Penasaran

"Kelompok tani kan punya uang kas juga. Jadi kita kerja sama," ucap Agun.

Rencananya jika sesuai harapan, budidaya jahe merah itu akan dipanen Mei atau Juni 2021. Untuk sasaran penjualannya pun sudah disiapkan, dan pastinya akan berdasarkan kesepakatan antara BUMdes dengan kelompok tani.

Sejauh ini ada salah satu perusahaan besar yang sudah siap menampung hasil panen tersebut. Namun jika ada harga pasar yang lebih bagus, opsi tersebut tak menutup kemungkinan untuk diambil.

"Nanti dijualnya liat pasar yang bagus yang mana. Sejauh ini rencananya sudah ada 1 perusahaan yang siap. Tapi kalau ada pasar lain yang lebih bagus, kenapa tidak," bebernya.

Agun melanjutkan, hasil dari panen ini rencananya akan dibagi antara kelompok tani dengan BUMdes Cikalong. Dirinya ingin para petani di desanya bisa sejahtera dari hasil bertani. Di sisi lain, pendapatan asli desa sendiri bisa terus meningkat.

"Kan pada akhirnya, semuanya untuk masyarakat juga," tukasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More