Scroll untuk membaca artikel
Lebrina Uneputty
Jum'at, 29 Oktober 2021 | 09:39 WIB
Pengrajin Pandai Besi di Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat Tengah Membuat Golok.[Ferry Bangkit]

SuaraJabar.id - Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mempunyai wilayah yang menjadi sentra pembuatan perkakas besi.

Tak sedikit warga yang menjadi pengrajin pandai besi yang sudah digeluti secara turun-temurun. Pandemi sempat meluluhlantakan pedagang di sejumlah wilayah di Indonesia.
Namun tidak demikian halnya dengan pelaku usaha perkakas tajam di wilayah ini.

Hingga kini, usaha pembuatan perkakas tajam di wilayah tersebut masih bertahan, tak tumpul meski dihantam pandemi COVID-19 yang mewabah sejak tahun 2020. Konsumen masih berdatangan untuk memesan kerajinan dari wilayah pelosok KBB itu.

Salah satu warga yang bergelut dengan perkakas besi adalah Dedi (52), warga Kampung Cipari Girang, RT 03/02, Desa Cijambu. Sejak SD ia sudah belajar untuk membuat pandai besi seperti golok, pisau, arit, kapak dan sebagainya.

"Saya turunan ketiga yang meneruskan usaha ini. Kalau belajar udah dari SD kelas 2," kata Dedi kepada Suara.com belum lama ini.

Aktivitas Pembuatan Pandai Besi

Bunyi tempaan besi terdengar nyaring dari salah satu saung sederhana milik Dedi yang dijadikan tempat untuk membuat pandai besi. Seorang pria dengan alat penjepit meletakkan batang besi di atas sebuah kayu.

Tak butuh lama, batang besi membara yang diletakkan dalam tonggak khusus itu terkena hantaman palu. Pukulan mereka begitu rapi. Penempa besi seperti sudah satu hati tak berebut memalu atau mengayunkan alatnya bersamaan untuk membentuknya menjadi sebuah golok dan pandai besi lainnya.

Dedi tak tahu percis sejak kapan warga di sana menjadikan pembuatan perkakas tajam sebagai mata pencaharian. Namun menurutnya, pembuatan pandai besi di wilayahnya sudah ada sejak Belanda menyerang warga Cipongkor sekitar tahun 1930-an.

"Kalau asalnya dari Ciwideuy. Cuma di sini ciri khasnya beda. Di sini simpaynya banyak, terus pandai besinya warnanya cerah," ujar Dedi.

Penjualan Tetap Stabil Meski Dihantam Pandemi COVID-19

Hasil kerajinan pandai besi dari pengrajin asal Cijambu sudah tersohor ke berbagai daerah di Indonsia. Dari mulai Pulau Jawa hingga Sumatera. Bahkan, Dedi pernah mengirimnya ke luar negeri. Meski dihantam pandemi, namun pemesan perkakas besi terhadapnya tetap stabil.

Harga jual yang cukup bevariatif, tergantung bahan dan model yang diinginkan pemesan. Harga dipatok mulai yang termurah Rp 80 ribu hingga Rp 800 ribu seperti golok yang bahannya bagus dan menggunakan ukiran.

"Kalau pemesan alhamdulillah ada terus. Kebanyakan dari Kuningan. Tapi ke luar negeri juga pernah ngirim," tutur Dedi.

Sekretatis Desa Cijambu, Yusup Supriatna mengatakan, pengrajin pandai besi di wilayahnya ada sekitar 40 orang yang tersebar di beberapa RW. Usaha perkakas pembuatan itu sudah digeluti secara turun-temurin.

"Ada sekitar 50 orang. Kebanyakan itu ada di Cipari, memang mayoritas usaha pandai besi," kata Yusup.

Tahun depan, kata dia, Pemdes Cijambu berencana untuk memberikan peningkatan kapasitas terhadap para pengrajin pandai besi di wilayahnya. Termasuk cara pemasaran agar kerajinan asal Desa Cijambu ini semakin berkembang.

"Insya Alloh tahun 2022 kita laksanakan peningkatan kapasitas. Kita juga mau bikin semacam monumen atau tugu golok," ujarnya.

Load More