Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 03 November 2021 | 15:25 WIB
Teti Sumiati (33) bersama sang suami, Ujang Permana Saufi (46) mengikuti pelatihan kebencanaan untuk perempuan disabilitas di balai Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. [Suara.com/M Dikdik RA]

Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Inklusi Indonesia (CAI), Kustini, sebagai inisiator kegiatan mengakui bahwa selama ini pelatihan manajemen kebencanaan bagi disabilitas memang masih sangat langka.

Padahal, kata Kustini, jika mengacu pada pasal 11 Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas atau Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) negara sepatutnya berperan aktif dalam menjamin perlindungan dan keselamatan kelompok disabilitas dalam situasi berisiko, darurat kemanusiaan dan bencana.

Kustini sendiri merupakan perempuan disabilitas daksa. Menurutnya, saat terjadi bencana perempuan disabilitas menjadi kelompok yang sangat rentan.

Atas dasar itu, bekerjasama dengan aktivis lingkungan yang tergabung dalam Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Bandung, Kustini dan kawan-kawan dari CAI membuat program yang rencananya bakal bergulir selama setahun itu.

Baca Juga: Masuk Cuaca Ekstrem, Ini Destinasi Wisata Sleman yang Rawan Bencana

"Perempuan disabilitas sangat rentan. Upaya peningkatan kapasitas untuk pengurangan risiko bencana harus mendapat perhatian," katanya.

"Kalau kami menunggu negara, mau kapan? Mungkin belum tentu," tegasnya.

Kontributor: M Dikdik RA

Load More