SuaraJabar.id - Bursa calon Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mulai bermunculan sejak Usai Jenderal Dudung Abdurachman diambil sumpah sebagai kepala Staf TNI AD beberapa bulan lalu.
Namun hingga saat ini, Kasad Jenderal Dudung Abdurachman belum menyerahkan panji Kostrad kepada penggantinya karena pejabatnya belum ada.
Satu nama yang kerap disebut berpeluang menerima Panji Kostrad adalah Pangdam Siliwangi Mayor Jenderal TNI Agus Subiyanto.
Dalam "tradisi kepemimpinan" di TNI AD, panglima Kostrad merupakan pejabat teras yang memiliki peran besar dan biasanya dijabat seorang perwira tinggi senior TNI AD. Panglima Kostrad menjadi posisi menentukan, terutama sejak Mayor Jenderal Soeharto memimpih Kostrad dan berperan besar dalam pemberantasan G-30-S/PKI.
Kini peluang itu ada pada Subiyanto dan sebelumnya dia pernah menjabat sebagai komandan Pasukan Pengamanan Presiden TNI. Posisi ini mengharuskan pejabatnya dekat dengan presiden, wakil presiden, dan para petinggi lain negara.
Panglima TNI, Jenderal TNI Andika Perkasa, juga sebelumnya adalah komandan Paspampres, kemudian menjadi Panglima Kostrad, Kasad dan Panglima TNI.
Pada 1997, Panglima Kostrad juga dijabat kepala Staf TNI AD pernah terjadi, yaitu pada waktu Letnan Jenderal Wiranto disumpah menjadi kepala Staf TNI AD pada 13 Juni 1997 sementara dia baru menyerahkan panji Kostrad kepada penggantinya, Letnan Jenderal Soegiono, pada 20 Juni 1997.
Dengan demikian, Wiranto merangkap jabatan itu selama sepekan saja setelah menjadi panglima Kostrad pada kurun waktu 4 April 1997-20 Juni 1997. Wiranto kemudian menjadi panglima ABRI (16 Februari 1998-26 Oktober 1999) dan merangkap jadi menteri Pertahanan dan Keamanan (14 Maret 1998-20 Oktober 1999).
Wiranto juga menjadi panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia terakhir sebelum institusi militer Indonesia ini kembali kepada nama lamanya, Tentara Nasional Indonesia, yang terdiri dari TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.
Sedangkan Angkatan Kepolisian (sebelumnya bagian dari ABRI) menjadi badan tersendiri yang tidak termasuk TNI, suatu hal yang sesuai dengan penerjemahan amanat reformasi.
Baca Juga: Kisah Anggota Batalyon Infanteri Raider 303 Setia Sampai Mati Berakhir Saat Ngopi di Waduk Pluit
Pada masa Orde Baru berkuasa, anggota-anggota kabinet --panglima ABRI juga anggota kabinet-- memiliki masa bakti sama dengan masa bakti kabinet itu, yaitu lima tahun. Wiranto menjadi panglima ABRI tidak sesuai dengan "jadwal" itu dan selain dia cuma seorang panglima ABRI yang memiliki masa jabatan cuma tiga bulan, yaitu Jenderal TNI Edi Sudradjat (19 Februari 1993-21 Mei 1993), yang digantikan Jenderal TNI Feisal Tandjung (21 Mei 1993-12 Februari 1998).
Secara tidak resmi, Perkasa sebelumnya mengungkapkan calon panglima Kostrad akan diambil dari perwira tinggi berpangkat mayor jenderal. Walau secara normatif saat ini ada banyak mayor jenderal di TNI AD, namun ada empat nama yang dianggap berpeluang.
Mereka adalah Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (panglima Kodam IX/Udayana), Mayor Jenderal TNI Agus Subiyanto (panglima Kodam III/Siliwangi), Mayor Jenderal TNI I Nyoman Çantiasa (panglima Kodam XVIII/Kasuari), dan Mayor Jenderal TNI Teguh Pujo Rumekso (panglima Kodam VI/Mulawarman). Semua mayor jenderal ini berlatar belakang Komando Pasukan Khusus TNI AD dan sejarah mencatat juga bahwa Kostrad sangat lazim dipimpin seorang perwira tinggi TNI AD berlatar itu.
Menanggapi peluang Subianto dalam bursa itu, pengamat militer dan pertahanan, Septiawan, di Jakarta, Rabu, menyebutkan, bahwa jabatan panglima Kostrad tidak terkait dengan politik, sehingga siapapun yang nantinya terpilih, pastilah perwira terbaik.
"Ya posisi panglima Kostrad ini kan bukan posisi jabatan politik ya. Ini posisi karier militer, siapa pun itu harus tunduk dan patuh kepada pimpinan dan sebagai prajurit harus menjunjung tinggi sumpah Sapta Marga. Jadi siapa pun terpilih, yang ditugaskan, pasti perwira terbaik," kata Septiawan yang merupakan lulusan Universitas Pertahanan ini.
Subianto sebelumnya menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden TNI (2020-2021), yang digantikan juniornya yang juga sama-sama dari Kopassus TNI AD, yakni Mayor Jenderal Tri Budi Utomo yang sebelumnya menjabat sebagai wakil Komandan Kopassus TNI AD.
Subiyanto lahir di Cimahi, Jawa Barat, 5 Agustus 1967 dan merupakan lulusan Akademi Militer pada 1991. Sepanjang kariernya di militer, dia pernah Komandan Batalion 22/Grup-2 Kopassus (2005). Kemudian pada 2008 ia dipercaya menjadi kepala Penerangan Kopassus TNI AD. Adapun tugas teritorial perdananya diemban pada 2009 sebagai komandan Kodim 0735/Surakarta.
Selanjutnya, ia mengisi berbagai posisi mulai dari wakil Asisten Operasi Divisi 2 Kostrad (2021), asisten Operasi Divisi Infantri 1/Kostrad (2012), asisten Operasi Kepala Staf Kodam I/Bukit Barisan (2013), lulus Sekolah Staf dan Komando TNI (2014), komandan Resimen Induk Kodam II/Sriwijaya (2015), komanda Korem 132/Tadulako Kodam XIII Merdeka (2017), Perwira Pembantu III/Latihan Gabungan Staf Operasi Mabes TNI (2018), Lemhannas PPRA 59 (2019), dan wakil Komandan Pusat Kesenjataan Infantri Komando Pembina Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI AD (2019).
Ia kembali memimpin teritorial pada Maret 2020 sebagai komandan Korem 061/Suryakencana di Bogor, komandan Pasukan Pengamanan Presiden TNI (2020) dan panglima Kodam III/Siliwangi (2021).
Dikutip dari buku karyanya yang berjudul Believe, Based on True Story About Faith, Dream, and Courage, dia mengatakan bahwa "Kehidupan manusia yang bangkit dari keterpurukan menuju kesuksesan. Percaya akan doa yang selalu diminta terjadi terwujud".
Selain itu, dalam bukunya, dia juga menyampaikan bahwa "Dalam setiap kesempatan, Jangan pisahkan antara usaha dan doa. Kadang kita tidak pernah menduga kesuksesan datang dengan begitu mudahnya". [Antara]
Tag
Berita Terkait
-
Panglima TNI Rombak Jajaran: Kadispenad Jadi 'Benteng' Prabowo, Pangdam Hasanuddin Berganti
-
Sejalan dengan Prabowo, TNI Sebut Sudah Terapkan Meritokrasi dalam Promosi Jabatan, Ini Contohnya
-
Terjatuh dari Atas Tank Ketinggian 4 Meter, Prajurit Kostrad Gugur di Monas
-
Instruksi Prabowo ke Panglima TNI: Seleksi Pemimpin Tidak Perlu Terlalu Perhitungkan Senioritas
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Komisioner Kompolnas Buka Suara Terkait Larangan Polisi Aktif Menjabat di Organisasi Sipil
-
19 Tersangka dan 4 Proyek Ganda, Siapa Lagi yang Terseret Usai OTT?
-
Sadis, Begal di Karawang Tak Ragu Bacok Korban Demi Motor
-
Gerbang Tol Karawang Timur Diambil Alih Tanggung Jawab Bupati Aep, Apa Rencananya?
-
Pakar Kebijakan Publik Kritik MK: Polisi dan Kementerian Sama-Sama Sipil