SuaraJabar.id - Banyak sekali tokoh yang terlibat dalam penyebaran Islam di negeri ini. Terselip di antaranya adalah Mama Kiai Ahmad Zakariyya atau lebih dikenal Mama Eyang Rende.
Ia merupakan tokoh penyebar syiar Islam memang sudah terkenal ke mana-mana. Tidak hanya di Jawa Barat, Mama Eyang Rende, juga terkenal di seluruh Indonesia, bahkan di beberapa bagian negara beliau dikenal sebagai ulama dari Tanah Jawa.
Memang belum banyak literasi lengkap yang mendokumentasikan kiprah tokoh tersebut dalam menyebarkan agama Islam dalam bentuk tulisan. Cerita kemahsyuran beliau hanya didapat dari tradisi lisan di lingkungan keluarganya dari generasi ke generasi.
Untuk mengetahui kiprah Mama Eyang Rende, belum lama ini Suara.com menyambangi petilasan makam sang Wali di Kampung Rende RT 01/02 Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Baca Juga: Ciduk 15 Bocah yang Terlibat Tawuran di Bandung Barat, Polisi: Berawal dari Medsos
Haji Dede Muhammad Sirojuddin yang merupakan generasi ke tiga dari Mama Rende menuturkan bahwa sang wali merupakan keturunan Ki Dalem Bandung salah satunya Eyang Dalem Mahmud Syekh Abdul Manaf.
Anak kedua dari pasangan Nyimas Abnol dan Mbah Rasipan KH R Arif, ini memiliki kakak laki-laki satu-satunya yakni Muhammad Syamsudin.
Masa kecilnya Mama Rende hidup sangat sederhana lantaran sejak kecil dirinya sudah ditinggalkan sang ayah dan sang kakak sehingga dirinya menjadi yatim dan hanya tinggal bersama sang ibu.
Sejak remaja Mama harus berjuang menghidupi dirinya dan sang ibu Nyimas Abnol dengan berprofesi sebagai tukang aci (tepung tapioka).
Usaha yang dilakukannya sejak remaja hingga dewasa tersebut tidak kunjung menguntungkan. Dirinya kerap mendapat kerugian dalam usaha.
Baca Juga: Rangga dan Ibunya Luka Parah Dibacok Sekelompok Orang, Polisi Buru Pelaku
Di usia ke-35 tahun Mama mulai berkeinginan belajar agama Islam. Ia kemudian mendapat petunjuk dari Mama Eyang Prabu Marzuki bin Tazimmuddin bin Zainal A'rif (Eyang Agung Mahmud).
"Pertama kali Mama disuruh ngaji sama Eyang Prabu Marzuki. Beliau akhirnya belajar di Mama Cibaduyut, setelah mendapat perintah dari Mama Eyang Ibrahim Cipatik," tutur Dede.
Mama Eyang Rende pun belajar dan membaca semua kitab-kitab yang ada di pesantren. Istimewanya, beliau mampu mengahafal semua kitabnya meskipun tidak pernah membeli kitab lantaran tidak memiliki uang.
"Semua mazhab (mazhab Syafii, Maliki, Hambali, dan Hanafi) beliau pelajari dan semua mazhab beliau amalkan semuanya. Beliau fasih dalam berbahasa Arab dan menghafal semua kitabnya," terang Dede.
Setelah belajar di pesantren Mama Cibaduyut, Eyang Mama Rende kemudian bermukim di Cibabat, Cikalongwetan untuk menyebarkan syiar Islam dan mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya, di pesantren Mama Ajengan Sepuh Cibabat dengan bergelar Ajengan Anom Cibabat.
Sosoknya dikenal begitu sederhana, karena semasa hidupnya Eyang Mama Rende sudah terbiasa hidup keras. Beliau kerap memakai pakaian compang-camping hingga dianggap orang tak berilmu.
Padahal Kiai bergelar wali ini sangatlah cerdas karena memiliki keistimewaan (karomah) yang dianugerahkan Allah kepadanya.
"Di Cibabat banyak para ulama dan Kiyai yang mengaji kepada beliau dari mana-mana, hingga muridnya tersebar di Jawa Barat dan seluruh Indonesia," terang Dede.
Mama Eyang Rende sendiri menikahi seorang perempuan bernama Umi Siti Syadiah dan dikarunia enam orang anak. Lima orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.
Mama Eyang Rendemeninggal pada tahun 1939 di usia sekitar 97 tahun. Jejak syiar Islam Eyang Mama Rende tersimpan di Cikalongwetan, Bandung Barat.
Kompleks pemakaman beliau berdekatan dengan rumah beliau yang ditempatinya semasa hidupnya di Kampung Rende. Selain makam dan rumah beliau, satu-satunya peninggalan yang sangat unik adalah bedug yang berusia sekitar 80-90 tahun.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Berita Terkait
-
Gilang Dirga Jadi Cawabup Tapi Belum Lulus Kuliah, Pandji Pragiwaksono Beri Sentilan Menohok
-
BRI Insurance Komitmen Tingkatkan Inklusi Asuransi Syariah, Sasar Pesantren
-
Mau Bentuk Dirjen Pesantren, Menag: Pesantren Harus Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
-
From Pesantren with Laugh: Tawa dan Persahabatan dalam Kehidupan Pesantren
-
Ma'ruf Amin Sebut Kesadaran Politik Para Kiai Sudah Hilang: Perannya Cuma di Pinggiran Masyarakat
Tag
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
Rooms Inc d'Botanica Bandung Ikut Semarakkan Program Akhir Tahun Artotel Wanderlust Bertajuk "Serenata Akhir Tahun"
-
Miris! Pelajar SMA Cianjur Jadi Kurir Narkoba Internasional, Raup Untung Puluhan Juta
-
Lari Sambil Donasi, OPPO Run 2024 Kumpulkan Dana untuk Pemberdayaan Disabilitas
-
Sikap Politik PWNU di Pilkada Jabar: Gubernur Terpilih Wajib Kuatkan Persatuan Umat
-
Dapat Bonus Logam Mulia 1 Gram, Yuk Ikuti KPR BRI Property Expo 2024