Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 27 Juni 2022 | 11:46 WIB
Pembangkit listrik mikro hidro di Kampung Tangsi Jaya, Desa Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB). [Suara.com/Ferrye Bangkit R]

Kehadiran kincir tradisional yang terbuat dari kayu itu ternyata belum cukup memenuhi kebutuhan energi warga. Listrik yang diproduksi hanya mampu untuk penerangan saja. Sementara kebutuhan lainnya seperti industri atau hiburan televisi belum bisa terpenuhi karena daya masih rendah.

Belum lagi, aliran listrik sering terhambat apabila banjir bandang datang. Kincir tersebut kerap rusak bahkan hilang terbawa arus banjir.

"Kalau ada banjir kami bukan saja berisiko padam listrik. Tapi juga kincirnya hilang terbawa arus deras sungai," sebut Toto.

Kemudian tahun 2007, kegigihan warga akhirnya dilirik Pemprov Jabar yang memberikan memberi bantuan pembuatan Pembangkit Listrik Mikro Hidro, yang diberinama Rimba Lestari.

Baca Juga: Uji Coba Berujung Maut, Mobil Listrik Nio Terjun dari Lantai Tiga, Dua Orang Penumpang Tewas

Dengan kapasitas 20.000 Watt sebanyak 80 Kepala Keluarga (KK) kini bisa menikmati listrik hanya dengan ikut iuran sebesar Rp 25 ribu per bulan. Sedangkan fasilitas umum seperti masjid, penerapan jalan, tempat mengaji, dan sekolah, sepenuhnya gratis.

"Kita juga gratiskan bagi warga kurang mampu seperti janda atau lansia," terang Toto.

Tahun 2022, jaringan dan tiang listrik milik PT PLN telah masuk ke kampung itu. Namun mayoritas warga memilih tetap menggunakan energi dari PLTMH Rimba Lestari dengan alasan lebih murah dan stabil.

"Ya karena sudah pakai dari PLTMH, ngapain lagi kita pakai dari PLN," tandasnya.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Baca Juga: ExxonMobil Optimis Pelumas Kendaraan Tetap Relevan di Era EV

Load More