Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 07 November 2022 | 20:00 WIB
Tomi, pemilik rumah tidak layak di Indramayu butuh perhatian dari semua pihak. [Selamet Hidayat/TIMES Indonesia]

SuaraJabar.id - Rumah bilik beralaskan tanah di Kelurahan Paoman, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ini sebenarnya masuk kategori tak layak huni.

Atapnya lapuk dan kerap bojor jika turun hujan. Bilik yang diandalkan jadi dinding rumah juga sudah banyak yang bolong hingga tak mampu menahan dinginnya hembusan angin bagi penghuni rumahnya.

Kondisi kamar mandi rumah itu juga sama-sama memprihatinkan. Tak beratap dan tak memenuhi standar sanitasi yang baik.

Meski begitu sang pemilik rumah yang bernama Tomi (41) tak punya pilihan lain. Ia harus tinggal di gubuk reyot itu bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil.

Baca Juga: Permainan Nostalgia Ular Tangga Warnai Area Pelican Kuningan Jakarta

Ironisnya lagi, kondisi rumah Tomi tidak mempunyai dapur untuk memasak. Mereka harus menata batu untuk dijadikan tungku dan menggunakan kayu bakar untuk memasak.

"Saya terpaksa harus memasak mengunakan kayu bakar dengan menata batu untuk dibuat tungku sebagai alat untuk membuat api. Dan itu kami lakukan di luar rumah," ujar Tomi, Senin (7/11/2022).

Jika turun hujan kata Tomi, air masuk ke dalam rumah. Terlebih, jika hujan tersebut disertai angin, rasa takut dan was-was menghantui ia dan keluarganya.

"Jika turun hujan saya selalu berdoa kepada Allah, agar hujan turun jangan disertai angin. Saya takut rumah ini roboh," kata dia.

Di sisi lain, Tomi mengungkapkan, tidak jarang ada binatang masuk ke dalam rumah mulai ular hingga biawak.

Baca Juga: Miris! Ada Rumah Roboh di Kranjan Karawang Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah

"Di belakang rumah saya kan sungai Cimanuk, kadang ada binatang yang masuk. Bahkan biawak sering bolak-balik, suka masuk dari bilik yang bolong ini," ungkap dia.

Tomi mengaku, sebagai seorang pengamen Ia hanya berpenghasilan rata-rata Rp 50 ribu sehari. Tentunya, penghasilan itu tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya bersama keluarganya tersebut.

Oleh karenanya, untuk mencari penghasilan tambahan, Tomi pun terkadang menjadi seorang buruh serabutan.

"Selain ngamen saya juga seorang kuli serabutan. Ya kadang-kadang ada yang nyuruh saya bersihin rumput. Saya sih mau aja yang penting halal," tutur dia.

Sementara itu, Sohibul, selaku ketua RT setempat menyampaikan, pihak Kelurahan Paoman sudah mendatangi rumah Tomi dan akan diajukan program Rutilahu serta Baznas.

"Cuma untuk realisasinya kami belum tahu. Dan perkembangan pengajuan itu juga kami belum tahu," terang dia.

Namun demikian, Sohibul mengatakan, pihak kelurahan sudah memberikan bantuan berupa sembako serta seperangkat perlengkapan sekolah dan madrasah untuk anak Tomi.

"Selain itu ada juga uang hasil swadaya masyarakat, ya lumayan bisa untuk memenuhi kebutuhan Tomi beberapa hari," kata dia.

Istri Tomi, Halimah (41) juga mengalami gangguan mental dan sering marah marah tanpa sebab.

Sebagi ketua RT, Sohibul berharap, program Rutilahu yang diajukan pihak kelurahan dapat segera terealisasi agar Tomi dan keluarganya dapat tinggal di rumah yang layak huni.

"Rumah yang dihuni Tomi dan keluarga berdiri di atas tanah pemerintah yaitu bantaran kali Cimanuk dengan kondisi rumah yang sewaktu waktu bisa roboh dan membahayakan, apalagi akhir akhir ini hujan dan angin kencang turut menambah penderitaan keluarga Tomi," ujarnya.

Load More