Scroll untuk membaca artikel
Ririn Indriani
Selasa, 21 Februari 2023 | 19:48 WIB
Adi Harlim, Direktur Merchant Experience BukuWarug.

SuaraJabar.id - Pengusaha dan pemilik UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia yang telah mampu bertahan di masa resesi global dan pandemi.

Namun demikian, UMKM masih menghadapi berbagai masalah termasuk masalah klasik yakni pembiayaan usaha.

Pinjaman kepada UMKM terbilang rendah dibandingkan dengan pinjaman dari usaha-usaha besar.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, pinjaman bank kepada UMKM hanyalah 20 persen dari total pinjaman bank.

Baca Juga: Perhatian Pelaku UMKM, Ini Manfaat Promosi Produk di Luar Negeri

Tercatat bank juga hanya menyalurkan Rp 293.66 triliun dana KUR kepada UMKM selama periode Januari hingga 25 Oktober 2022.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia dan Thailand di mana angka pinjaman UMKM mencapai lebih dari 40 persen dari seluruh pinjaman nasional.

Dr. Daniar Ahmad Nurdiyanto, perwakilan dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jawa Barat, mengatakan UMKM di Jawa Barat berkembang pesat. Tercatat ada 4.5 juta pelaku UMKM namun baru sekitar 20 persen yang sudah go digital.

"Untuk itu, Dinas KUK terus mendorong agar lebih banyak UMKM yang mengadopsi solusi-solusi digital sebab banyak manfaat dari transformasi teknologi bagi UMKM seperti peningkatan pemasukan dan perluasan pasar digital," kata Dr. Daniar Ahmad Nurdiyanto di acara BukuWarung Flagship Event di Bandung, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan salah satu alasan rendahnya pinjaman UMKM adalah sistem pencatatan keuangan yang belum optimal. Hal ini membuat UMKM menjadi kategori peminjam dana yang berisiko tinggi.

Baca Juga: Erick Thohir: Bunga Pinjaman Nol Persen Bagi Pelaku UMKM Segara Dibahas

"Namun, dengan pertumbuhan fintech, UMKM dapat mengakses pinjaman lunak dengan lebih mudah," imbuh Daniar.

Load More