Meskipun Anggur dapat menjalin hubungan baik dengan warga sekitar tempatnya tinggal, seperti RT, tetangga di sekitar Kecamatan Pancoranmas. Namun semua itu semu tanpa pengakuan dari pemerintah.
"Kalau sehari-hari mereka (warga) sih baik, tapi kita kan ngerasa itu cuman fenomena gunung es yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan cepat dan drastis. Jadi kita tetap saja was-was, makanya harapan kita itu, kita diakui oleh pemerintah," harap Anggur.
Setiap keluar rumah sekitar pukul 22.00 WIB, Anggur sadar dengan usianya yang sudah mulai tua, dia tidak merasa iri dengan waria pendatang baru. Ia mengaku kadang dapat pelanggan. Namun di lain waktu bisa semalaman bahkan tidak ada sama sekali, hal itu diterima Anggur dengan ikhlas.
Namun, bagi waria yang kerap mangkal di daerah Pancoran Mas, Kota Depok itu, hal itu tidak membuatnya minder. Sebab, ia mengaku di rumah dia memiliki pasangan yang dapat menerima kondisinya dengan tulus apa adanya.
"Kadang dapat pelanggan, kadang nggak, ya udah nongkrong aja di situ ngopi sembari ngobrol dengan teman-teman dan pedagang. Pacar dan keluargaku dapat menerima kondisiku apa adanya, buat aku itu sudah cukup bahagia," imbuh dia.
Sebagai waria dengan HIV positif, Anggur ikut aktif melakukan sosialisasi bahaya HIV/AIDS kepada pendatang baru di lokalisasi tempat mereka mangkal. Dia bahkan mengajak mereka untuk konseling hingga tes untuk memonitor dan proteksi diri.
"Cuman ya gitu, karena mungkin mereka masih baru, masih cantik, masih muda, ah aku baru turun kok. Jadi kebanyakan nggak mau. Belum siap saja kali," katanya.
Anggur pernah mencoba sesuai yang baru, seperti kursus menjahit, bikin tas bahkan dagang dengan kakak kandungnya. Namun, setelah dijalani, ia merasa panggilannya tidak di bisnis tersebut.
"Waktu 2003-2005 keluarga belum tahu ya, bahwa aku nongkrong di jalan segala macem. Ke sini-ke sininya aku tunjukkan bahwa hidupku, nadiku ada di tubuhku ini seperti ini. Aku nggak mau jadi boneka jiwa laki terperangkap dalam perempuan, jiwa perempuan terperangkap dalam laki dan kehidupan harus diatur seperti itu, aku nggak bisa. Dan kebetulan mereka nerima aku sampai saat ini," ungkapnya.
Baca Juga: Puger, Juru Parkir Telaten Rawat Anak yang Hidup Dengan HIV/Aids
Kontributor : Supriyadi
Berita Terkait
-
Prostitusi Siang Hari di Batam, PSK: Modal Enggak Ada, Gini Sudah Enak Kok
-
Lagu Diputar di Lampu Merah, Warga Depok: Tiap Hari Dengar Bisa Stres, Pak
-
Lagu di Lampu Merah Depok, Ridwan Kamil: Isu Lokal, Silakan Saja
-
Bocah Youtubers 'Prank' Tuyul Disorot Media Internasional
-
2 Pemerkosa Gadis Belia yang Hendak Bunuh Diri di Depok Tertangkap
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci BRI untuk Menaikkelaskan UMKM
-
Bye-bye Macet Limbangan! Target Tuntas Tol Cigatas Tembus Garut-Tasik 2027
-
BRI Perkuat Pembangunan Infrastruktur Nasional Lewat Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Rencana Dedi Mulyadi Ganti Konsultan Pengawas dengan Mahasiswa Tuai Kecaman Keras
-
Mitra MBG Disentil Keras, Diwajibkan Sumbang 30 Persen Laba untuk Sekolah