Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 20 Maret 2020 | 04:45 WIB
Ketiga pasien awal Virus Corona atau Covid-19 yang sudah dinyatakan negatif saat berada di rumahnya wilayah Kota Depok. [Suara.com/Supriyadi]

SuaraJabar.id - Selama dinyatakan positif terinfeksi Virus Corona dan menjalani isolasi di RSPI Suliati Saroso, Jakarta Utara ketiga pasien 01, 02, dan 03 asal Kota Depok mengaku kerap mendapat berbagai tanggapan negatif warganet.

Hal itu diungkapkan, pasien 01 Sita Tyasutami saat ditemui di kediamannya yang berada di wilayah Kota Depok. Bahkan anggapan miring, bahwa dirinya disebut warganet sebagai penyebab penyebaran Covid-19 di Indonesia harus dihadapinya.

"Saya pasien nomor satu bukan penyebab Covid masuk ke Indonesia. Kenapa kami menginfokan satu per satu? Karena banyak yang menanyakan, ternyata gejalanya beda-beda. Kebetulan saya di keluarga yang paling sering sakit. Banyak juga yang nge-dm (direct message) ke kita, 'Mbak yang nyebabkan Covid'. Pokoknya di-bully. Padahal ada yang pulang dari umrah dan ada yang pulang dari Italia," kata Sita, Kamis (19/3/2020).

Selama berada di ruang isolasi, Sita mengemukakan pihak rumah sakit membolehkannya menggunakan ponsel. Sehingga, interaksi dengan dunia luar masih terjadi meski hanya melalui gawai. Namun selama itu pula, ia juga mendapat hujatan dari warganet bahkan kerap dituding sedang memainkan drama Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Pasien Nomor 1, 2 dan 3 yang Sembuh, Dituding Pura-pura Terinfeksi Corona

"Kenapa saya menekankan ini (izin rumah sakit membolehkan menggunakan ponsel)? Karena banyak yang bilang, 'Kok diisolasi bisa main hp?' 'Ini drama ya?' Kami pekerja seni, kami tak berkantor, jadi yang pertama saya minta kirimin laptop, jadi saya kerja di ruang isolasi seperti orang normal saja. Tidak seperti yang dibayangkan orang-orang. Jadi, gejala setiap orang memang beda-beda tergantung imun."

"Di rumah sakit kita tidak dilarang main HP. Aku tiap hari videocall sama ibu," ucap dia.

Sita mengakui, ketika kali pertama diisolasi bersama ibunya di RSPI Suliati Saroso merasakan paranoid. Lantaran kerap membayangkan ruang isolasi dan perlakuan saat menjalani proses tersebut seperti di film-film yang pernah ditontonnya.

"Kalau lihat di film-film isolasi seram banget. Kita nunggu ambulans untuk diantar tuh rasanya deg-degan setengah mati, sampai diisolasi pun."

Namun setelah beberapa waktu, ia mengaku mulai terbiasa. Bahkan, selama berada di tempat isolasi selama 16 hari di RSPI Suliati Saroso tidak merasakan demam, vertigo dan tulang nyeri seperti kali pertama dirasakan sebelum divonis positif Corona. Meski begitu, jarum infus harus tetap menempel selama menjalani proses isolasi.

Baca Juga: Pesan Ratri Pasien Positif Corona yang Sembuh: Rajin Berjemur dan Minum Air

"Selama isolasi, tujuh hari pertama saya juga tidak dandan. Lalu, melihat kakak saya dandan ikut dandan. Aku olahraga di dalam, meskipun sedang pakai infus. Karena memang di luar biasanya saya sangat aktif. Saya squat, saya plan."

Load More