Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 02 Juli 2020 | 16:14 WIB
Jujun Junaedi memproduksi sendiri frame sepeda kreuz kebanggaannya. [Suara.com/Emi La Palau]

SuaraJabar.id - Pemilihan nama Kreuz oleh duo Jujun dan Yudi mengandung beberapa makna. Dalam Bahasa Jerman, Kreuz diartikan dengan melintas, menggambarkan spirit kedua pendiri Kreuz Yudi dan Jujun yang berusaha melintas keluar dari zona nyaman mereka sebelumnya.

Zona nyaman yang dimaksud yakni, Yudi yang sebelumnya bergerak pada usaha kain lukis dan Jujun bergerak pada usaha konveksi. Keduanya berusaha untuk keluar dari zona nyaman dengan membuat brand baru, Kreuz.

Kreuz juga bisa ditarik ke bahasa Sunda yang berarti Kare’es artinya kebanggaan bisa juga singkatan Kreasi Orang Sunda.

Adapaun perbedaan mencolok antara Kreuz dan Brompton sendiri, Kreuz menggunakan seluruh bahannya dari bahan lokal. Dalam pembuatan satu sepeda Kreuz, ternyata melibatkan banyak UMKM karena membutuhkan lebih dari 30 partikel.

Baca Juga: Lebih Mahal dari Toyota Avanza, Harga Sepeda Ini Bikin Geleng-geleng Kepala

Kreuz juga dibuat dengan menyesuaikan kondisi dan kontur permukaan jalan di Bandung dan Indonesia pada umumnya. Perbedaan lainnya, antara Kreuz dan Brompton terletak pada lekukan, tubing yang berbeda, ukuran bushing juga berbeda. Lebar foreks dan juga headset menggunakan MTB.

“Jika Brompton menggunakan M6, maka kita menggunakan M8. Lebar foreks kita agak beda, kita lebar. Kita pake headset-nya lebar pake MTB. Detilnya beda dengan Brompton, kalau bahannya sama. Bahannya lokal semua, hampir 70 persen lokal. Part penunjang kita buat semua dan itu melibatkan industri kecil, rumahan, UMKM. Kreuz ini kita sesuaiin juga dengan kondisi jalan, kita pakai headset MTB karena kita sesuaikan dengan kondisi jalan di Indonesia dan di Bandung,” ungkap Yudi menjelaskan perbedaan antara Kreuz dan Brompton.

Untuk harga, satu frame sepeda buatan Kreuz sebesar Rp 3,5 juta. Jika satu full set sepeda dibandrol pada kisaran harga Rp 8 juta hingga Rp 10 juta. Harga tersebut, jauh lebih ramah dikantong ketimbang sepeda Brompton yang mencapai puluhan juta rupiah.

Pemesanan yang terus meningkat membawa angin segar bagi Kreuz, kini brand karya anak bangsa ini bisa menunjukkan kualitas dan kembali dihargai oleh masyarakat Indonesia. Yudi sendiri berharap kehadiran Kreuz, bisa melibatkan lebih banyak lagi UMKM. Pun Jujun berharap bisa terus menggerakkan dan memajukan brand lokal.

“Poin penting saya usaha seperti ini mudah-mudahan bisa memacu orang lain, teman-teman yang lain yang punya kreatifitas. Jangan berhenti, harus terus dikembangkan. Lokal harus bergerak jangan mengandalkan produk luar. Anak-anak muda Indonesia itu sangat bertalenta, tergantung pengelolaan, tergantung mindset. Yang penting kita optimis, semangat,” ungkap Jujun.

Baca Juga: Ragam Sepeda Lipat Termahal di Dunia, Ada yang Dibanderol Rp 145 Juta

Jujun mengakui, masih terus akan tetap menjaga cita rasa home made sepeda Kreuz. Ini terbukti dari banyaknya penawaran kerja sama dan investasi yang belum diterima Yudi dan Jujun.

Hingga saat ini, Jujun dan Yudi masih terus memperbaiki sistem dan pola kerja Kreuz agar lebih optimal. Ke depan Jujun menargetkan bisa memroduksi 25 sampai 30 sepeda per bulan. Atau dua kali lipat dari target saat ini yang hanya 10 sampai 15 unit sepeda.

Selain itu, Kreuz juga akan mengembangkan produk lainnya agar bisa dinikmati semua kalangan, tidak hanya penyuka sepeda, seperti tas untuk sepeda touring, tas untuk perlengkapan lain. Pun akan melibatkan banyak tenaga kerja lainnya.

Pihaknya ingin menjamin masyarakat yang memakai brand Kreuz memakai brand yang memiliki kualitas yang bagus. Tidak hanya itu, ke depan Jujun mengungkapkan pihaknya juga akan mengembangkan motor Kreuz.

Kontributor : Emi La Palau

Load More