Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 02 Juli 2020 | 17:53 WIB
Sepeda Kreuz buatan Bandung. [Suara.com/Emi La Palau]

SuaraJabar.id - Pencapaian yang didapat oleh Kreuz saat ini tentu saja tidak pernah terpikirkan oleh Yudi dan Jujun. Keduanya hanya berfokus untuk membuat dan menghadirkan kualitas yang baik untuk memajukkan produk lokal.

“Awal-awal tidak punya ekspektasi bisa sampai seperti sekarang. Intinya begini, saya ingin membuat sesuatu produk yang bagus dan berkualitas, karena masalah nanti pesenan banyak itu kayak bonuslah. Bahwa nanti orang tahunya ‘kamu menghasilkan produk bagus, saya mau beli’ begitu. Jadi tidak punya pikiran nanti jumlahnya banyak, tidak. Saya cuman pikir produksi, bisa membiayai karyawan bisa, bisa meningkat. Ingin produk lokal bisa maju, sama ingin berbagi sama orang banyak. Berbagi rejeki dan bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Yudi saat ditemui Kontributor Suara.com, beberapa waktu lalu.

Tentunya kesuksesan yang didapat Yudi dan Jujun saat ini tidak terlepas dari kisah jatuh bangun. Jujun menceritakan, sempat terpuruk lantaran harus menjual barang-barang untuk menutupi biaya produksi dan tidak mendapatkan pemasukan selama setahun, ketika awal mula membangun brand Kreuz pada 2017 lalu.

Bahkan, saat itu harus meminjam uang seorang karyawannya yang akan menikah demi melanjutkan dan mempertahankan Kreuz.

Baca Juga: Bercita Rasa Lokal, Kreuz Bertekad Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

“Sempat terpuruk, tapi memang tidak ingin berhenti. Saya terpuruk sama Kang Yudi, sampai ini ya, tidak punya uang. Habis jual ini itu, termasuk yang kemarin waktu pindahan ke sini (ke rumah produksi) uang itu kosong. Sampai tagihan banyak, ini nagih itu nagih. Uang nggak ada, sampai saya pinjem uang ke karyawan. Diakan mau nikah, ini pakai aja uang modal nikahnya. Sampai segitunya,” ungkap Jujun.

“Katanya, 'Kang, ini pakai saja yang saya dulu nih, yang penting bisa muter aja.' Jadi nikahnya tunda dulu karena masih Covid juga, itu teman saya yang Akbar. Yang harusnya nikahnya yang kemarin-kemarin diundur, berhubung ada Covid juga tapi uangnya kepakai juga. Alhamdulillah jarak tiga minggu saya balikin lagi. Sampai segitunya, sampai down,” lanjut Jujun mengenang masa-masa sulit yang beberapa waktu lalu dialaminya.

Dari situ, Jujun ingin menyampaikan kepada masyarakat, yang juga sedang merintis usaha apapun, kepada anak muda lainnya untuk terus semangat dan tidak putus asa. Terus optimis, terus mencoba dan terus belajar.

“Satu, optimis. Dua mau bekerja keras, tiga pantang menyerah, empat terus berlatih meskipun ada kesalahan. Kita coba terus, coba terus. Yang saya alami seperti itu, jatuh bangun, jatuh bangun. Ya inilah alhamdulillah mulai kelihatan,” kata Jujun.

Membangun produk lokal butuh semangat dan kerja keras yang cukup ekstra. Dia berharap masyarakat Indonesia bisa lebih peduli dengan produk lokal. Lebih mengoptimalkan produk lokal. Karena di situ banyak orang yanh bergantung pada produk lokal itu sendiri yang dilibatkan.

Baca Juga: Gowes Sepeda Dikenakan Pajak, Kemenhub Beri Bantahan

Kontributor : Emi La Palau

Load More