Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 27 Juli 2020 | 04:30 WIB
Suasana belajar siswa-siswi SDN Cibeas, Desa Sangrawayang, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi di tengah pandemi corona, Minggu (26/7/2020). [Sumber Foto: Istimewa]

SuaraJabar.id - Virus Corona atau Covid-19 yang berubah menjadi pandemi sejak beberapa bulan terakhir, nyatanya membuat pendidikan di Indonesia "memaksa" mengubah metode pembelajaran.

Dari yang sebelumnya digelar tatap muka dalam ruang kelas, kini diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengandalkan jaringan internet pun pembelajaran televisi.

Adaptasi metode pembelajaran tersebut, ternyata tak semulus yang dibayangkan. Persoalan belum meratanya akses jaringan komunikasi hingga alat komunikasi yang mumpuni untuk belajar siswa menjadi persoalan.

Pengalaman itu yang dirasakan pengajar di SDN Cibeas Desa Sangrawayang Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi.

Baca Juga: Menimbang Sistem Zonasi untuk Pemerataan Pendidikan

Kepala SDN Cibeas Nani Supartini mengaku, persoalan geografis dan kemudahan jaringan internet hingga alat komunikasi yang mumpuni ternyata tak dirasakan anak didiknya.

Nani mengemukakan, tidak setiap siswa-siswi memiliki gawai berupa ponsel pintar. Pun jika ada, maka persoalan selanjutnya yang dihadapi adalah jaringan. Lantaran itu pula, Nani dan pengajar di sekolahnya berusaha memutar otak untuk tetap bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan amanah pada pembukaan UUD 1945.

"Makanya kita melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan luar jaringan. Dengan teknis tatap muka dilakukan, kunjungan dari guru sesuai kelasnya masing-masing ke rumah peserta didik yang sebelumnya telah dikelompokan maksimal 5 orang per kelompok," ujarnya kepada Sukabumiupdate.com-jaringan Suara.com.

Langkah tersebut, menurutnya, menjadi salah satu alternatif yang harus dilakoni di tengah Pandemi Covid-19.

Sebelum memutuskan hal tersebut, ia melakukan pemetaan terlebih dahulu terhadap tempat tinggal siswa dan membentuk kelompok belajar (pokjar) untuk tiap kelas. Lalu, mengingat tidak semua siswa memiliki smartphone, maka lembar tugas menjadi solusi pemerataan hak siswa.

Baca Juga: Hari Anak Nasional 2020: Dilema Dunia Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

"Kita melakukan pendataan nomor smartphone siswa dan orang tua bagi yang memiliki, selanjutnya membuat grup WhatsApp sekolah, grup WhatsApp kelas, dan grup ini berfungsi sebagai sumber informasi, konsultasi dan referensi. Tapi baik yang punya smartphone atau yang tidak, semua mendapatkan lembar tugas yang sama," jelasnya.

Load More