Setidaknya itu terlihat dari beberapa kasus terbaru, seperti kasus yang dilakukan FCR (23 tahun) di Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi, dengan korban puluhan anak.
Kemudian kasus yang dilakukan pria berinisial T (70 tahun) di Desa Sukamantri Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi yang hingga hari ini belum tertangkap.
"(Sorotan) nasional sebenarnya, di masa Covid-19 saja dari Maret sampai Juni, termasuk kalau saya kutip data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ada sekitar 3.700-an lebih korban," tutur Arist.
"Di Komnas PA dalam kurun waktu yang sama, angka kekerasan seksual juga tinggi, 809 yang kita terima, itu artinya 52 persen itu didominasi oleh kejahatan seksual. Dari urutan-urutan yang terjadi, yang viral sekarang ini, Sukabumi justru terdapat," papar Arist.
Ciri Pelaku
Arist juga mengingatkan bahwa kasus kekerasan seksual, terutama terhadap anak, selalu memiliki ciri tersendiri berupa catatan khusus nama-nama korban yang ditulis oleh pelaku.
Hal itu, sambung Arist, akan memudahkan pihak kepolisian dalam melakukan pelacakan terhadap para korban.
"Kejahatan seperti itu, dia punya catatan khusus. Kalau yang di Sukabumi itu dicatatkan di tembok, dulu Emon dicatatkan di buku disimpan di tutup televisi. Di Lampung juga demikian di atas lemari. Ketika penyidik mencari data, itu bisa dari itu," ujar Arist.
"Caranya bukan dengan pendekatan intreogatif. Jadi cara-cara persuasif. Itu tadi, ia pasti menyimpan nama itu. Itu pengalaman empirik. Komnas PA itu membongkar kasus-kasus sodomi, pasti ada nama. Sehingga itu mempermudah dalam memberikan data dan petunjuk kepada pihak kepolisian. Pengakuan pelaku enggak penting, yang penting adalah bukti," tambah Arist.
Baca Juga: Tak Cuma Sekali, Predator Anak di Sukabumi 1 Tahun Gauli Keponakan
"Penyebabnya memang terkadang ada perilaku sosial, dalam arti konteks ketahanan keluarga, pola asuh yang salah. Membiarkan terjadinya kekerasan dan tidak diterapi. Sehingga pola asuh yang di rumah jadi salah," bebernya.
"Kepedulian orang tua juga sangat lemah. Jadi saya kira menempatkan pola asuh itu yang harus benar. Pemahaman tentang bagaimana rumah sebenarnya harus terus-menerus beribadah, rumah harus bersahabat. Bukan hanya sekedar kemiskinan. Kemiskinan itu memperkuat perilaku. Bukan bersumber dari kemiskinan," pungkas Ketua Umum Komnas PA Arist Merdeka Sirait.
Berita Terkait
-
Geger Tragedi Alvaro, Aturan Lapor Anak Hilang 1x24 Jam Masih Relevan?
-
Dukung Mitigasi Banjir dan Longsor, BCA Syariah Tanam 1.500 Pohon di Cisitu Sukabumi
-
Berkeliaran di Kantin SD Tiap Pagi, ASN Predator Seks Anak Cabuli 5 Siswa di NTB, Begini Modusnya!
-
Gak Punya Otak! ASN di Pasuruan Berkali-kali Cabuli Keponakan, Modusnya Begini
-
Siswi MTs Sukabumi Akhiri Hidup, Isi Surat Ungkap Keinginan Pindah Sekolah karena Perilaku Teman
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Cirebon Darurat! Banjir Rendam 22 Desa, Lebih dari 6.500 Warga Terdampak
-
Rute Eksotis Jakarta-Cianjur Batal Dilayani KA Jaka Lalana, Ternyata Ini Penyebabnya
-
Iwan Suryawan Minta Pejabat Jabar Gugurkan Cuti Massal Nataru, Prioritaskan Siaga Cuaca Ekstrem
-
Pemberdayaan Perempuan Jadi Kunci BRI untuk Menaikkelaskan UMKM
-
Bye-bye Macet Limbangan! Target Tuntas Tol Cigatas Tembus Garut-Tasik 2027