Pacar Akui Lucinta Luna Konsumsi Ekstasi, Tapi tak Sengaja

SuaraJabar.id - Abash, pacar Lucinta Luna membenarkan bahwa kekasihnya pernah mengkomsumsi pil ekstasi. Namun Abash mengklaim, saat itu Lucinta Luna tidak mengetahui pil tersebut merupakan obat terlarang.

"Iya betul. Tapi sudah lama banget. Jadi itu juga mungkin dikasih temannya juga nggak sengaja kemakan," kata Abash, usai sidang pledoi Lucinta Luna, di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Rabu (9/9/2020).

Karena efeknya kurang bagus, Lucinta Luna pun kapok meminumnya. Dia merasa tidak cocok setelah mengkomsumsi pil yang masuk ke golongan psikotripika itu.

"Saya juga nggak tahu yah. Dia gimana. Tapi dia nggak pernah bilang, makusdnya cuma bilang 'Saya nggak suka'," sambung Abash.

Baca Juga: Polisi Periksa 11 Saksi Kasus Pembuatan Ekstasi di RS Swasta di Jakpus

Abash mengaku Lucinta Luna baru cerita mengenai kejadian itu setelah ditangkap oleh satuan narkotika Polres Jakarta Barat.

"Sebelumnya, nggak cerita. Dia nggak pernah bilang sama saya gitu," tuturnya.

Lucinta Luna di depan majelis hakim mengaku pernah mengkonsumsi pil ekstasi saat membacakan surat pembelaannya dalam sidang dengan agenda pledoi.

Dalam pengakuannya pil tersebut sudah lama di konsumsinya saat sedang di Malaysia. Karena merasa tak cocok artis transgender itu pun tidak pernah lagi menggunakannya.

Seperti diketahui Artis Lucinta ditangkap polisi atas dugaan penyalahgunaan narkoba jenis ekstasi. Dia dibekuk di Apartemen Thamrin City, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020) lalu.

Baca Juga: Mami Isa eks Manajer Lucinta Luna Rilis Lagu Idung Jambu, Sindir Siapa?

Saat melakukan penggeledahan di Apartemen Thamrin City, polisi berhasil menemukan tiga butir ekstasi yang telah di buang ke keranjang sampah. Namun Lucinta Luna menegaskan bahwa barang bukti itu bukan miliknya.

Sebelumnya, Lucinta Luna sendiri dituntut menjalani hukuman tiga tahun penjara dan denda Rp 25 juta oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Lucinta Luna dianggap bersalah atas Pasal 127 dan Pasal 60 ayat ayat 3 Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 97 tentang Psikotropika dan Pasal 127 Undang-Undang RI nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.