SuaraJabar.id - Banyak kisah terselip di balik penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2020. Terutama yang dialami oleh penyelenggara, mulai dari Panitia Pemungutan Suara (PPS), saksi hingga KPU dan Bawaslu.
Di Kabupaten Sukabumi misalnya. PPS Desa Cibitung harus bertaruh nyawa agar pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi berjalan lancar.
Petugas kembali harus mengantar dan menjemput logistik pilkada termasuk hasil suara dengan perahu mengarungi dan melintasi salah satu paling berbahaya di Sungai Cikaso, yaitu Cianga Batu 2, sarang buaya muara.
Kenapa kembali? Karena ini memang menjadi cara yang dilakukan setiap gelaran pemilu oleh petugas tingkat desa dan kecamatan di Cibitung. Ini akses tercepat untuk mencapai TPS 13 Kampung Ciloma Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung.
Ini salah satu TPS terjauh dan paling terisolir di Kabupaten Sukabumi. Untuk mencapai TPS ini butuh waktu hingga satu jam lebih. Itu perjalan dari mulai naik perahu di Dermaga Cikaso hingga sampai ke TPS dengan berjalan kaki.
Divisi Hukum Dan Pengawasan PPK Cibitung, Ridwan menjelaskan di TPS 13 Desa Cibitung, jumlah pemilih 328, laki laki 170, perempuan 158.
"Sebenarnya bisa saja distribusi logistik dilakukan tanpa harus menaiki perahu, namun jaraknya sangat jauh dengan kondisi jalan rusak alias harus jalan kaki hingga berjam-jam bahkan seharian lamanya.
"Memang ada jalan darat tapi harus jalan kaki, perbandingannya cukup jauh. Kita pilih naik perahu karena ini juga transportasi darurat yang digunakan warga Ciloma, untuk kebutuhan mendesak seperti mengantar orang sakit," jelasnya.
Saat mengantarkan logistik, PPS Desa Cibitung, PPK Cibitung, pihak Kecamatan Cibitung dan dikawal Kepolisian. Usai pencoblosan surat suara dan logistik untuk kebutuhan penghitungan suara juga dibawa dengan perahu.
Baca Juga: Tak Main-Main, Bang Taher Berantemnya Sama Buaya Muara
"Saat ini semuanya sudah berada di gudang PPK," terangnya.
Ridwan mengakui jika perjalanan dengan perahu ini bukan pilihan bagus untuk saat ini, karena debit air sungai besar akibat curah hujan tinggi. Hal lainnya yang harus diperhatian oleh mereka adalah saat melintasi salah satu sarang buaya muara, karena mereka tidak ingin satwa penghuni sungai Cikaso itu marah.
"Kami melintasi spot sarang buaya muara, yaitu Cianga Batu2 di Sungai Cikaso. Alhamdulilah si Nyai [sebutan warga lokal untuk buaya muara Sungai Cikaso] tidak terganggu," pungkas Ridwan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 3 Negara yang Bisa Gantikan Kuwait untuk Jadi Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday
- Liga Inggris Seret Nenek ke Meja Hukum: Kisah Warung Kopi & Denda Ratusan Juta yang Janggal
- Deretan Kontroversi yang Diduga Jadi Alasan Pratama Arhan Ceraikan Azizah Salsha
Pilihan
-
Jangan Tertipu Tampilan Polosnya, Harga Sneaker Ini Bisa Beli Motor!
-
Tom Haye ke Persib, Calvin Verdonk Gabung ke Eks Klub Patrick Kluivert?
-
Alasan Federico Barba Terima Persib, Tolak Eks Klub Fabio Grosso
-
Siapa Federico Barba? Anak Emas Filippo Inzaghi yang Merapat ke Persib
-
Stok BBM Shell Kosong Lagi, Kapan Kembali Tersedia?
Terkini
-
Kades Dipijit Ayah Korban, Anaknya Tewas Cacingan? 6 Fakta Pilu yang Bikin Dedi Mulyadi Murka
-
Heboh! Pernyataan Kontroversial Gubernur Dedi Mulyadi Soal Anak Meninggal karena Cacingan
-
Tiada Lagi Dana Tunai, Desa di Jabar Bakal Dapat Uang Saham Bank BJB dari Dedi Mulyadi
-
Waspada! Teror Foto Syur AI Guncang Pelajar Cirebon, Ini 5 Fakta yang Wajib Kamu Tahu
-
Ngeri! Wajah Pelajar Cirebon Ditempel ke Konten Porno Pakai AI, Polisi Selidiki Jaringan Pelaku