SuaraJabar.id - Kabupaten Cirebon kini dalam status tanggap darurat bencana. Status ini diterapkan usai 7 kecamatan dilanda banjir sejak hari Minggu (17/1/2021) lalu.
Status tanggap darurat bencana ditetapkan oleh Bupati Cirebon Imron Rosyadi dan diberlakukanmulai 17 hingga 30 Januari 2021.
Tujuh kecamatan yang dilanda banjir sejak akhir pekan kemarin adalah Plered, Klangenan, Tengahtani, Suranenggala, Panguragan, Susukan, dan Gunungjati.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan menyebut, hari ini banjir hanya menyisakan 2 kecamatan. Air di 5 kecamatan lain telah surut.
"Semula banjir di 7 kecamatan dengan cakupan 15 desa. Sekarang sisa 2 kecamatan saja, Suranenggala dan Panguragan," katanya, seperti dilaporkan Ayocirebon.com-jejaring Suara.com, Selasa (19/1/2021).
Ketinggian air pun rata-rata kini hanya sekitar 30 cm dari sebelumnya yang sampai mencapai 1 m. Tanpa hujan berintensitas tinggi dan rob, banjir di 2 kecamatan pun berpotensi surut menyusul 5 kecamatan lainnya.
Dampak banjir di Kabupaten Cirebon kali ini, lanjutnya, dirasakan sedikitnya 477 KK atau sekitar 6.020 jiwa. Jumlah pengungsi akibat banjir di 7 kecamatan sendiri sedikitnya 114 KK.
"Pengungsi di Suranenggala saja sekarang 6-10 KK, tapi sudah pulang," ujarnya.
Dia menerangkan, banjir kali ini terjadi berkenaan dengan rob mengingat lokasinya berada di bibir laut. Rob membuat aliran air dari sungai ke laut tersendat kala hujan deras.
Baca Juga: Banjir Susulan Merendam Dua Desa di Kabupaten Jember
Bupati Imron meninjau lokasi banjir di Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala. Dia mengungkapkan, banjir disebabkan 2 hal, salah satunya pendangkalan karena endapan sungai sudah lama tak dikeruk.
"Sebabnya juga karena penyempitan Sungai Karangsambung/Winong," ungkapnya.
Dia memaparkan, penyempitan sungai terjadi akibat banyak aktivitas warga di tepian sungai sehingga sungai mengalami penyempitan yang memengaruhi aliran air ke laut. Dengan kondisi itu, saat hujan deras dan air laut pasang, terjadilah banjir.
Di Kecamatan Suranenggala, setidaknya 4.000 rumah di 9 desa terendam air. Untuk menangani warga terdampak banjir, dibangunlah dapur umum.
Selain berharap air cepat surut, Imron pun berpesan kepada masyarakat untuk tak beraktivitas sembarangan di tepian sungai. Masyarakat diminta menjaga sungai, salah satunya tak mendirikan bangunan di sepanjang sempadannya.
"Supaya air sungai mengalir lancar ke laut dan tak melimpah ke pemukiman serta jalan," pesannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Lereng Gunung Sinapeul Longsor, 100 KK di Arjasari Dievakuasi Darurat Malam Ini
-
Bukan Sekadar Ijazah, Rektor Baru IPB Dr. Alim Setiawan Siapkan Mahasiswa Jadi Global Leader
-
4 Spot Wisata Karawang Paling Kalcer dan Estetik Buat Healing Akhir Tahun Anti Boncos
-
3 Fakta Mengerikan di Balik 'Rudal Kayu' Banjir Bandang Sumatera Menurut Pakar IPB
-
Banjir Sumatera Bukan Murni Bencana Alam, Pakar IPB Sebut 'Pesan Kematian' dari Pembalakan Liar