Saepuloh dan keluarga lalu disarankan untuk di rujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, namun pil pahit kembali ditelan, pasalnya setelah menunggu beberapa waktu, pihak rumah sakit malah menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit lain tanpa memberikan alasan mengapa di RSHS tidak bisa menangani Fauzian.
Ketika itu, sang istri ditemani kaka perempuan Yeni (32) yang membantu mengantar Fauzian ke RSHS Bandung. Namun setibanya di rumah sakit, pihaknya tidak langsung mendapat penanganan. Dokter yang ditemui justru menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit lain.
“Waktu ke RSHS ketemu dokter bedah syaraf dr. Asep Nugraha Hermawan, tapi katanya sebaiknya diganti rujukannya jangan RSHS ke RS Santosa saja, kata dokternya sudah menghubungi pihak RS Santosanya, tapi kami tidak diberikan surat rujukan dan kami keluarga disuruh pulang,” ungkap Yeni menjelaskan.
“Akhirnya kami harus minta surah rujukan lagi dari Puskesmas Cibuntu untuk dirujuk kembali ke RSKIA, baru dari RSKIA minta dirujuk ke RS Santosa, tapi itu bingung tidak dijelaskan (oleh RSHS) alasannya kenapa tidak bisa dirawat,” tambah Yeni menjelaskan.
"Di Santosa, sudah di-scan, dan sudah ambil nomor antrian, soalnya kataya kamar penuh, harus tunggu di tanggal 4 Februari katanya nanti akan dihubungi pihak rumah sakit," tambah Saepuloh.
Sang anak belum mendapatkan kamar dan terpaksa pulang dalam kondisi dan keadaan semakin melemah. Ketika ditanya mengenai kesiapan keuangan untuk biaya pengobatan, dengan suara berat dan rasa cemas yang tergambar dari raut wajah Saepuloh, ia masih kebingungan dengan pendanaan pengobatan sang anak.
Saepuloh hanya bekerja sebagai pemusik paruh waktu, yang bertahan dari panggung ke panggung dengan pendapatan tidak seberapa, ditambah pandemi menghantam bidang pekerjaannya. Terhitung sudah 10 bulan, selama pandemi ia baru mendapat panggilan manggung kurang dari 8 kali.
Saepuloh hanya menggantungkan hidup pada pekerjaannya sebagai pemain piano yang sudah dilakoni sejak tahun 2007. Awal-awal pandemi melanda, ia terpaksa menjual alat musik satu-satunya untuk bertahan hidup.
"Terpaksa dijual untuk bertahan hidup selama pandemi, dan sekarang kalau manggung harus sewa piano, dulu sebelum pandemi seminggu bisa manggung 4 kali seminggu, sekarang satu kali sebulan saja susah, dan kalau ada panggilan saat ini biar bayarannya tidak seberapa diambil, yang penting bisa makan," ungkapnya.
Baca Juga: Curhat Pemikul Jenazah Covid-19 TPU Cikadut Disebut Pungli dan Mogok Kerja
Dalam kondisi serba sulit, selain mengontrak, ia bertahan dengan sedikit iuran dari rekan-rekan sesama musisi. Saepuloh berharap agar sang anak segera mendapat penangan, dan juga bantuan dari pemerintah.
"Ada untuk makan, tidak banyak tapi Alhamdulillah bersyukur, walaupun keadaan kayak gini saya dapat bantuan ada teman-teman yang ngasih, ini buat anak, teman-teman musisi, berpartisipasi. Sebenarnya saya tidak mau bilang, dikarenakan saya tidak kuat nahannya, karena keadaan anak saya sendiri yang pertama cari dana dari mana. Yaudah ngomong aja langsung dari musisi Cimahi," ungkapnya.
"Harapannya ingin anak saya cepat-cepat dioperasi saja, ingin cepat ditangani sama dokter, ingin cepat sembuh, itu yang saya harapkan, kalau misalkan soal dana ya belum kepikiran apalagi sampai puluhan juta. Apalagi sampai 15 juta kesana," imbuhnya.
Ketika dikonfirmasi mengenai penuhnya rumah sakit, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara tidak menanggapi banyak, ia mengungkapkan bahwa dalam penanganan pasien ada kondisi darurat dan terencana.
Ia mengungkapkan karena sedang dalam pandemi Covid-19 memang fokus rumah sakit lebih banyak terhadap pasien yang terpapar virus corona. Namun, mengenai pengalihan fungsi kamar pasien menjadi kewenangan masing-masing rumah sakit.
"Bisa ya bisa tidak (penuh karena diisi pasien Covid-19), yang pasti memang kita sedang pandemi Covid maka fokus ke sana. Mengenai pengalihan layanan RS yang tahu apakah menggeser pelayanan atau menambah (untuk pasien Covid)," ungkapnya.
Berita Terkait
- 
            
              Diperiksa Kejari Soal Korupsi, Wakil Wali Kota Bandung Erwin: Kalau OTT Itu Hoaks
- 
            
              Kejari Bandung Soal Dugaan Korupsi Periksa Wakil Wali Kota: Demi Good Governance
- 
            
              Diperiksa 7 Jam, HP Laptop Disita, Ini Kasus yang Menyeret Nama Wakil Wali Kota Bandung Erwin
- 
            
              Geger Dugaan Korupsi Pemkot Bandung, Wawali Erwin Terancam Dicekal, Ini Kata Kajari
- 
            
              Kejagung Tampik Soal Wakil Wali Kota Bandung Terjaring OTT: Hanya Pemeriksaan!
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
- 
            
              Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
- 
            
              Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
Terkini
- 
            
              76 Izin Tambang Baru Terbit di Jabar, Kadis ESDM: Arahan Dedi Mulyadi..
- 
            
              Dugaan Korupsi Anggaran 2025, Wakil Wali Kota Bandung Dicegah ke Luar Negeri?
- 
            
              Viral Detik-Detik Polisi Kepung Simpang Bappenda! Puluhan Motor Balap Liar Kocar-Kacir di Cibinong
- 
            
              Kasus Korupsi Anggaran 2025, Kejaksaan Sita Ponsel-Laptop Usai Periksa Wakil Wali Kota Bandung
- 
            
              Jalur Utama Bandung-Cianjur Lumpuh Total! Pohon Tumbang Blokir Akses, Antrean Kendaraan Mengular