SuaraJabar.id - Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum mengatakan, larangan anak membawa gawai ke sekolah bisa saja diterapkan ketika pembelajaran tatap muka sudah dimulai kembali.
Wacana kebijakan tersebut ditujukan untuk mencegah anak kecanduan atau adiksi terhadap gawai. Khususnya kecanduan pada media sosial dan game online. Seperti yang dialami ratusan anak yang menjalani rawat jalan di RSJ Cisarua sepanjang tahun 2020 dan awal tahun 2021.
"Kalau sudah tatap muka, tidak menutup kemungkinan pemerintah akan melarang anak bawa handphone ke sekolah," kata Uu saat menyambangi RSJ Cisarua, Jalan Kolonel Masturi, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (16/3/2021).
Uus menjelaskan, wacana pelarangan membawa ponsel ke sekolah lantaran adanya dampak negatif yang ditimbulkan. Di antaranya anak mengalami gangguan adiksi atau kecanduan terhadap gawai yang didalamnya mengakses game.
Baca Juga: Kronologis Aiptu Anak Agung Gde Putra Meninggal saat Jaga Jokowi di Ubud
"Ternyata dampak dari handphone ini sangat luar biasa. Banyak anak-anak yang ketergantungan, kecanduan. Bukan hanya usia SMP, anak umur 3 tahun itu sudah pintar main pencet-pencetan (gawai), begitu kalau tidak dikasih marah, mencak-mencak," beber Uu.
Bahkan, orang nomor dua di Jawa Barat tersebut mengaku pernah mendapati masalah dimana seorang anak SMP sampai menghabiskan Rp 2 juta dalam sebulan untuk pengadaan kuota.
"Bahkan ada anak SMP habis Rp 2 juta buat kuota aja. Orang tuanya karena meras takut ya anaknya itu terpaksa dikabulkan yang 2 jua per bulan," ungkapnya.
Oleh karena itu, dirinya meminta terhadap orang tua untuk lebih mengawasi anak-anaknya. Pertama, kata dia, anak jangan dibiarkan mengurung diri di rumah sendirian.
"Anak diusahakan ceria, bergaul dengan teman tapi gaul juga temannya harus pilih dan pilah. Jangan asal bergaul akhirnya dampak lingkungan yang berakibat juga hal yang negatif," imbuhnya.
Baca Juga: Anak Belasan Tahun Gila Kecanduan Game Online, Dirut RSJ Bilang Ini
Selain itu, kata dia, di samping pendidikan duniawi, anak juga harus diberikan pendidikan ukhrowi. Sebab menurutnya, pendidikan agama akan menyeimbangkan kondisi anak.
Kalau tidak ada pendidikan ukhrowi kami khawatir tidak seimbang akhirnya terjadi hal semacam ini (kecanduan main game dan gawai)," tukas Uu.
Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki
Berita Terkait
-
Tips Seru Mabar di Kampung Halaman Saat Lebaran, Ini 8 Rekomendasi Game Online
-
Game Online: Hiburan atau Jerat Kecanduan?
-
Silent Hill f: Spesifikasi PC yang Masih Bisa Pakai CPU dan GPU Lama
-
Wild Cash Game Online yang Menghasilkan Uang, Bisa Tarik ke Saldo Dana hingga Ovo
-
Bukan Judol! Ini Deretan Game Online Android yang Bisa Menghasilkan Uang
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Polresta Solo Apresiasi Masyarakat Manfaatkan Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor
-
Bahaya! JP Morgan Soroti Pernyataan Blunder Pejabat RI, Terbukti IHSG dan Rupiah Anjlok
-
IHSG Anjlok 8 Persen, Saham NETV Justru Terbang Tinggi Menuju ARA!
-
IHSG Terjun Bebas, Hanya 15 Saham di Zona Hijau Pasca Trading Halt
-
Tarif Impor Bikin IHSG Babak Belur, Bos BEI Siapkan Jurus Jitu Redam Kepanikan Investor
Terkini
-
Cari Titik Temu, Bupati Bogor Ajak Duduk Bersama Bahas Isu Viral Kades Minta THR
-
BRI Terapkan Prinsip ESG untuk Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Bertanggung Jawab
-
BRI Berikan Tips Keamanan Digital: Waspada Kejahatan Siber Saat Idulfitri 1446 H
-
Program BRI Menanam Grow & Green: Meningkatkan Ekosistem dan Kapasitas Masyarakat Lokal
-
Dedi Mulyadi Skakmat PTPN: Kenapa Tanah Negara Disewakan, Perkebunannya Mana?