SuaraJabar.id - Kebijakan pemerintah melarang mudik lebaran Idul Fitri 2021 menjadi mimpi buruk bagi pelaku bisnis di sektor pariwisata dan perhotelan.
Pasalnya, kebijakan pelarangan mudik itu berpotensi menghilangkan peningkatan okupansi hotel dan kunjungan wisatawan di masa libur lebaran.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, dalam setahun terdapat tiga pergerakan besar yang menjadi momentum industri hotel dan restoran. Di antaranya mudik Lebaran, libur Hari Natal dan Tahun Baru, serta masa liburan sekolah.
"Dalam tahun ini kita sudah kehilangan satu momentum mudik. Padahal 2020 kita sudah kehilangan momentum besar itu," kata Maulana dikutip dari Ayobandung.com-jejaring Suara.com, Selasa (30/3/2021).
Baca Juga: Gubernur Khofifah Minta Warga Jatim Patuhi Aturan Tak Mudik Lebaran 2021
Ia mengatakan, janji pemerintah untuk memindahkan masa liburan lebaran 2020 ke akhir tahun juga nyatanya kembali dipangkas. Hal itu disertai dengan kebijakan yang lebih ketat bagi masyarakat jika ingin melakukan perjalanan jarak jauh.
Maulana menuturkan, momen Lebaran biasanya memberikan peningkatan okupansi hotel antara 30-40 persen sehingga okupansi bisa bergerak pada level 80-90 persen. Dengan kebijakan larangan mudik lebaran 2021, harapan akan peningkatan okupansi tersebut hilang.
Saat ini, kata dia, rata-rata okupansi hotel di kisaran 30 persen. Rendahnya tingkat okupansi pada kuartal pertama memang biasa terjadi.
Peningkatan okupansi biasa mulai terjadi pada kuartal kedua, khususnya untuk segmen business tourism atau kegiatan perjalaan untuk tujuan pekerjaan bukan wisata. Itu seiring dengan dimulainya pencairan anggaran termasuk pada lembaga pemerintah.
"Hotel itu kan tidak mengantongi keuntungan setiap bulan, paling ya sekitar delapan bulan dalam setahun yang efektif. Tapi di situasi pandemi ini akan menjadi masalah," kata dia.
Baca Juga: Mudik Lebaran Dilarang, Pemprov DKI Jakarta Kembali Keluarkan SIKM?
Menurut Maulana, bagi pengusaha hotel dan restoran saat ini, lawan bisnis ada pada kekuatan masing-masing dari pelaku usaha itu sendiri. Sejauh mana pelaku usaha dapat mempertahankan lini bisnisnya di tengah tekanan yang kuat akibat masa pandemi Covid-19 yang belum usai.
Berita Terkait
-
Pengguna Layanan Transportasi Berbasis Aplikasi Meningkat Selama Momen Mudik Lebaran
-
Kucing Ikut Mudik Lebaran, 5.492 Hewan Peliharaan Diangkut Kereta Api ke Kampung Halaman
-
Angkasa Pura Indonesia Layani 10,67 Juta Penumpang Pesawat Selama Mudik Lebaran
-
Mudik Lebaran 2025 di Sultan Hasanuddin: Jumlah Penumpang Stabil, Ini Alasannya!
-
KAI Beberkan 10 Relasi Kereta Api yang Angkut Penumpang Paling Banyak Selama Lebaran
Terpopuler
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Robby Abbas Pernah Jual Artis Terkenal Senilai Rp400 Juta, Inisial TB dan Tinggal di Bali
- Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- Ini Alasan Hotma Sitompul Dimakamkan dengan Upacara Militer
Pilihan
-
Liga Inggris: Kalahkan Ipswich Town, Arsenal Selamatkan MU dari Degradasi
-
Djenahro Nunumete Pemain Keturunan Indonesia Mirip Lionel Messi: Lincah Berkaki Kidal
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Layar AMOLED Terbaik April 2025
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V50 Lite 4G vs vivo V50 Lite 5G, Serupa Tapi Tak Sama!
-
PT LIB Wajib Tahu! Tangan Dingin Eks Barcelona Bangkitkan Liga Kamboja
Terkini
-
Cianjur Rawan Predator Anak! Ada 17 Kasus Pencabulan dan Pemerkosaan
-
UMKM Perhiasan Batu Alam Jangkau Pasar Internasional Berkat BRI
-
Kasus Korupsi Dana Hibah NPCI Jabar Diduga Rekayasa, Terungkap di Persidangan
-
Prestasi Mendunia dan Membanggakan: BRI Raih Euromoney Private Banking Awards 2025 di London
-
Kain Tenun Ulos Kebanggaan Indonesia Sukses Tembus Pasar Amerika Serikat Berkat Klasterkuhidupku BRI