SuaraJabar.id - Dua sesar aktif mengapit Cikidang dan Cibadak, tempat yang rencananya akan dibangun menjadi Kawasan Bukit Algoritma atau Sillicon Valley-nya Sukabumi.
Dua sesar aktif itu adalah Sesar Citarik dan Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri yang garisnya hampir mendatar berarah Barat - Timur, di bagian Selatan bergerak ke daratan, sementara bagian Utara ke arah lautan. Sedangkan Sesar Citarik berarah Timur Laut - Barat Daya memanjang dari laut sampai ke Bogor.
"Ya memang Sukabumi daerah rawan gempa," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono yang dikonfirmasi pada Rabu (14/4/2021).
Berdasarkan riwayat gempa yang dikumpulkan, setidaknya ada 11 kejadian gempa yang merusak di sekitar dua lokasi proyek bakal Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK dan Bukit Algoritma di Kabupaten Sukabumi ini.
Meski begitu, Daryono menuturkan daerah di Cikidang dan Cibadak boleh saja dibangun. "Yang penting strukturnya bangunan tahan gempa dan mangacu building code, sehingga dapat mengurangi risiko jika terjadi gempa,” ujarnya.
Dalam akun Instagramnya, Daryono merinci sejumlah catatan gempa yang merusak di wilayah itu, antara lain pada 12 Juli 2000 yang merusak 1.900 rumah, 12 Juni 2011 merusak 136 rumah, 4 Juni 2012 merusak 104 rumah, 8 September 2012 merusak 560 rumah. Kemudian gempa darat pada 11 Maret 2020 merusak hingga 760 rumah.
Seperti diketahui sejumlah perusahaan swasta akan membangun pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta sumber daya manusia di wilayah Cikidang dan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Proyek bernama Bukit Algoritma ini akan dibangun di atas lahan seluas 888 hektare dengan dana awal senilai Rp 18 triliun.
Dua perusahaan swasta yang berencana membangun proyek tersebut adalah PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Keduanya telah membuat sebuah perusahaan kerja sama operasional atau KSO bernama PT Kiniku Bintang Raya, yang ketua pelaksananya diisi oleh Budiman Sudjatmiko, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang merupakan Komisaris PT Perkebunan Nusantara V.
Bukit Algoritma itu akan disulap bak Silicon Valley di Amerika Serikat, yang menjadi pusat perusahaan-perusahaan teknologi global. Mereka juga akan menggandeng salah satu Badan Usaha Milik Negara bidang konstruksi sebagai penggarap, PT Amarta Karya dan telah menandatangani kontrak pada 7 April lalu.
Baca Juga: Janjian Tawuran Via Chat, Siswa SMK Tewas Bersimbah Darah
Penandatanganan kontrak kerja sama ini dilakukan langsung Direktur Utama PT Amarta Karya Nikolas Agung, Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko, dan Direktur Utama PT Bintang Raya Lokalestari Dani Handoko di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula Direktur Keuangan PT Amarta Karya Hidayat Wahyudi, Corporate Secretary Brisben Rasyid, Kepala Divisi Keuangan Pandhit Seno Aji, dan Business Development Advisor PT Amarta Karya Oki Fahreza.
Proyek ini terbagi menjadi tiga tahap dengan masa pengerjaan tiga tahun untuk fase pertama, tiga tahun untuk fase kedua, dan lima tahun untuk fase ketiga. Pembangunan proyek pada fase pertama akan merampungkan kawasan seluas 353 hektare. Rencananya, groundbreaking atau pelatakan batu pertama digelar pada Mei mendatang.
Setelah selesai dibangun pada tahap pertama, Bukit Algoritma akan mulai beroperasi. Di kawasan ini nantinya berdiri pula pusat sains, theme park, pusat kesehatan, pusat pertanian untuk makanan dan gizi, pusat kebugaran, serta plaza inovasi. Ada pula health center atau pusat kesehatan yang dibangun seperti medical city.
Proyek ini disebut menjadi mimpi jangka panjang. Untuk tahap pertama selama tiga tahun, PT Amarta Karya menjadi mitra kepercayaan untuk membangun infrastruktur, termasuk akses jalan raya, fasilitas air bersih, pembangkit listrik, gedung konvensi, dan sejumlah fasilitas lainnya.
Proyek Bukit Alogaritma tidak berdiri di atas lahan kosong. Lahan seluas 888 hektare tersebut adalah milik PT Bintang Raya Lokalestari. Dalam laporan Dewan Nasional KEK tahun 2018, perusahaan itu tercatat mengusulkan tanah tersebut untuk menjadi KEK Sukabumi dengan kegiatan utamanya: pariwisata, fusi sains, dan teknologi.
Berita Terkait
-
Dukung Mitigasi Banjir dan Longsor, BCA Syariah Tanam 1.500 Pohon di Cisitu Sukabumi
-
Siswi MTs Sukabumi Akhiri Hidup, Isi Surat Ungkap Keinginan Pindah Sekolah karena Perilaku Teman
-
Respons Cepat Dedi Mulyadi Atas Protes Viral Rieke Diah Pitaloka Soal Jalan Hancur di Cikidang
-
Duel Maut Petani Sukabumi vs King Kobra 4 Meter: Sama-sama Tewas, Ular Tertancap Tongkat
-
Fakta-fakta Gempa Sukabumi dan Bogor: 29 Kali Gempa Susulan, Sesar Aktif Jadi Pemicu
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
Terkini
-
Gandeng Sandiaga Uno, Kadin Tasikmalaya Perkuat Ekosistem Bisnis Nasional
-
Masuk Usia 130 Tahun, BRI Kenang Raden Bei Aria Wirjaatmadja sebagai Pendiri Visioner
-
Cirebon Darurat! Banjir Rendam 22 Desa, Lebih dari 6.500 Warga Terdampak
-
Rute Eksotis Jakarta-Cianjur Batal Dilayani KA Jaka Lalana, Ternyata Ini Penyebabnya
-
Iwan Suryawan Minta Pejabat Jabar Gugurkan Cuti Massal Nataru, Prioritaskan Siaga Cuaca Ekstrem