Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 20 Juni 2021 | 11:52 WIB
Korban TPPO terkait kasus prostitusi kawin kontrak di kawasan Puncak, Bogor, Jabar. [Suara.com/Stephanus Aranditio].

SuaraJabar.id - Pandemi Covid-19 ternyata berdampak pada sepinya aktivitas pariwisata di Cianjur yang diketahui selama ini banyak diramaikan para wisatawan Arab.

Para sopir travel menyebut wisatawan Arab sepi. Bukan rahasia lagi kebanyakan wisatawan yang datang adalah pelaku kawin kontrak.

Mereka yang mengantar para turis Arab itu berkeliling ke mana saja sesuai pesanan, mulai dari berbelanja sampai berlibur.

Penuturan itu disampaikan salah satu sopir bernama Agus. Selain jadi sopir, ia juga menjadi penghubung calo kawin kontrak.

Ia menghubungkan si turis dengan pengantin wanita hingga wali si pengantin sejak tahun 2013.

“Seharusnya, mulai dari April sama akhir tahun sudah banyak turis Arab ke sini. Tapi yang paling banyak di lebaran haji,” ujar Agus dikutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com, Minggu (20/6/2021).

Agus biasanya menjemput turis Arab itu dari Bandara Soekarno Hatta. Dia menggunakan mobil sewaan untuk operasional.

Tentu, sebelumnya ia telah berkoordinasi dengan para calo yang pernah bekerja menjadi TKI di Timur Tengah.

“Kami biasanya menggunakan Avanza atau APV. Jemput dari bandara dan langsung ke vila,” kata dia.

Agus menyebut bahwa mobil-mobil yang digunakan untuk menjemput turis Arab ini adalah mobil sewaan yang biasanya telah disewa dari rental selama sebulan atau mingguan.

Karena, harga yang ditawarkan akan lebih murah bila menyewa dalam waktu jangka panjang.

“Mereka tujuannya ada yang ke komplek vila Kota Bunga, Cipanas atau Bogor di Cisarua, Kampung Ciburial,” ujar Agus.

“Sebelum ke Indonesia mereka berhubungan langsung dengan calo. Ke Cipanas paling banyak. Mereka ngontak bekas sopir yang pernah bekerja di sana,” sambungnya.

Agus menyebut harganya di kisaran Rp 170 ribu setiap kali melayani turis Arab itu. Harga itu untuk pembayaran satu hari pemakaian.

“Kalau rental biasanya bayar Rp 170 ribu di Cipanas. Itu harian,” ujar Agus.

Kini, mereka kembali ke pekerjaan semula. Ada di antara mereka yang kembali menjadi sopir angkot dan lain sebagainya. Alasannya adalah ketiadaan turis Arab lagi.

“Di masa Covid-19 ini balik lagi pada bawa angkot. Bawa pikap sayuran. Angkot juga sepi karena nggak ada anak sekolah juga,” ujar Agus.

Di artikel selanjutnya, kami membahas tentang suka duka menjadi sopir turis Arab di Cipanas. Ada pula cerita tentang kedermawanan para turis Arab itu.

Load More