SuaraJabar.id - Harga oksigen per tabung di Kabupaten Garut terpantau mengalami kenaikan akhir-akhir ini. Hal ini terjadi sejak kasus COVID-19 mengalami lonjakan.
Dari keterangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut naiknya harga oksigen dipicu oleh kelangkaan barang karena pasokan dari distributor minim sejak pandemi COVID-19.
"Pada intinya bahwa ketersediaan oksigen hari ini untuk Kabupaten Garut masih dianggap langka," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut Heri Gunawan usai melakukan pengecekan stok oksigen di Garut, Rabu (14/7/2021).
Ia menuturkan Disperindag Garut mendadapatkan laporan dari masyarakat terkait langkanya tabung oksigen untuk kebutuhan medis maupun bukan medis dan terjadi kenaikan harga sejak terjadinya lonjakan kasus COVID-19.
Baca Juga: Kasus Meroket! Maruf Minta Penanganan Covid-19 di Banten Lebih Intensif
Adanya laporan itu, kata dia, tim dari Disperindag Garut mengecek langsung ke lapangan untuk mengetahui stok oksigen di depot penjualan yakni Depot Sigi dan Tawakal di Kecamatan Karangpawitan, dan Depot Tasman di Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul.
Ia mengungkapkan hasil pengecekan di Depot Sigi hanya memiliki 500 tabung dan yang hanya terisi oleh distributor hanya 15 tabung, sisanya kosong. Selanjutnya Depot Tawakal dari 200 tabung yang terisi hanya 15 tabung.
"Di Depot Tasman sedikit ada peningkatan memiliki 800 tabung, mereka permintaan ke Bandung dipasok 100 tabung," katanya.
Terkait harga jual oksigen untuk tabung 6 kubik, kata dia, terjadi kenaikan dari distributornya pada kisaran Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu per tabung, sebelum adanya lonjakan kasus COVID-19 pada kisaran Rp 38 ribu sampai Rp 40 ribu.
Depot oksigen di Garut, kata dia, hanya bisa menjual untuk kebutuhan medis seharga Rp 120 ribu, sedangkan untuk kebutuhan bukan medis seperti oksigen untuk usaha perikanan harganya lebih mahal dari medis.
Baca Juga: Ambulans Pembawa Pasien Indikasi Covid-19 Dirusak, Polres Bantul Amankan Pelaku
"Untuk puskesmas atau klinik menjual Rp 120 ribu, lalu ada kegiatan di luar COVID-19, seperti untuk perikanan dihargai lebih dari itu," katanya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Juni 'Mengerikan' Menanti Prabowo: Beban Utang Jatuh Tempo Capai Rp 178 Triliun, Warisan Pandemi
-
Bertambah, Korban Pelecehan Dokter di Garut Jadi Lima Orang
-
Putusan Cerai Dokter Terduga Pelecehan Pasien Bocor, Apa Isinya?
-
Beda Sanksi Pencabutan STR Dokter Bandung dan Garut yang Lakukan Pelecehan, KKI Jelaskan Alasannya
-
Resmi Tersangka, Syafril Dokter Cabul di Garut Ternyata Ciumi Leher hingga Raba Alat Vital Pasien
Terpopuler
- 3 Klub BRI Liga 1 yang Bisa Jadi Pelabuhan Baru Ciro Alves pada Musim Depan
- 5 Rekomendasi Body Lotion Lokal untuk Mencerahkan Kulit, Harga Mulai Rp17 Ribu
- Cyrus Margono Terancam Tak Bersyarat Bela Timnas Indonesia di Piala AFF U-23 2025
- Rangkaian Skincare Viva untuk Memutihkan Wajah, Murah Meriah Hempas Kulit Kusam
- Rekomendasi Mobil Bekas Harga Rp70 Jutaan: Lengkap dengan Spesifikasi dan Estimasi Pajak
Pilihan
-
Gelombang Kekesalan Jakmania Memuncak: Carlos Pena di Ujung Tanduk Pemecatan
-
Hasil Seri Kontra Arema FC Bikin Bangga Persebaya, Ini Penyebabnya
-
Pratama Arhan Mulai 'Terbuang' dari Timnas Indonesia, Mertua Acuh: Terserah
-
Heboh Wahana Permainan di Pasar Malam Alkid Keraton Solo Ambruk
-
7 Rekomendasi Mobil Bekas Jepang-Eropa Harga di Bawah Rp100 Juta
Terkini
-
Perjuangan Bocah SMP Rawat Ayah Sakit Hingga Meninggal, Dedi Mulyadi Beri Reaksi Menyentuh
-
"Bali Nature" UMKM Lokal yang Mendunia Lewat Dukungan BRI
-
Pembersihan Lumpur dan Penyaluran Air Bersih Pasca Banjir di Cianjur Dimulai
-
Coffee Shop di Solo Ini Sekarang Go Global Berkat BRI, Simak Pengalamannya
-
Siswa Nakal Jabar 'Disekolahkan' di Barak Militer, Program Mulai Digelar Mei 2025!