Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Senin, 04 Oktober 2021 | 09:10 WIB
Para sopir mobil offroad Land Rover di Bandung. [Ayobandung]

SuaraJabar.id - Land Rover series I, II dan III dikenal sebagai sport utility vehicle atau SUV yang tangguh. Meski usianya tak muda lagi, kendaraan lansiran Inggris itu masih dipilih banyak orang untuk melakoni aktivitas off road.

Selain itu, penyuka Land Rover series dan Defender versi lama biasanya juga memiliki kedekatan emosional dengan SUV tua mereka.

Tentu ada harga yang harus dibayar penyuka Land Rover, apalagi yang masih menggunakan SUV lawas itu untuk offroad. Spare part Land Rover dikenal memiliki harga yang tinggi.

Terlebih Land Rover series suah tak diproduksi lagi. Hal ini membuat ketersediaan spare part-nya tak semelimpah SUV lain yang masih diproduksi semisal produk lansiran Jeep dari Amerika atau Land Cruiser Series Toyota.

Baca Juga: Liverpool vs Man City Berakhir Imbang, Begini Komentar Pep Guardiola

Namun siapa sangka, hobi mengoleksi Land Rover yang dianggap hobi yang mahal justru bisa menjadi ladang pendapatan. Hal ini dialami para sopir mobil offroad Land Rover yang mengangkut wisatawan.

Belum banyak diketahui, ternyata sopir pengunjung wisata bukanlah sebagai profesi sungguhan, melainkan bermula dari hobi.

Pada mulanya, sopir-sopir mobil offroad yang biasa mengangkut wisata di Bandung hanya hoby menggunakan mobil gunung.

Seperti yang diakui oleh Andri, salah seorang sopir mobil offroad pengangkut wisata di Bandung.

Ia mengaku baru memiliki hobi mobil offroad sekitar tiga tahun lalu. Bermula dari ajakan temannya untuk naik ke gunung menggunakan mobil Land Rover.

Baca Juga: Begini Cara Kate Middleton Hormati Mendiang Putri Diana di Premier Film James Bond

"Awalnya hanyak ikut-ikutan. Lama-kelamaan jadi ketagihan, kemudian membeli mobil offroad Land Rover," ujar Andri, Minggu (3/10/2021) di Rancabali, Kabupaten Bandung.

Mobil Offroad Land Rover yang dibelinya seharga Rp 40 juta, namun dalam keadaan rusak. Ditambah biaya perbaikan, lebih Rp 100 juta dikeluarkannya.

"Saya gabung dengan Land Rover Club Bandung," katanya.

Dari klub pecinta mobil offroad jenis Land Rover tersebut, ayah dua anak tersebut dikenalkan dengan mengangkut wisatawan untuk menjelajahi hutan Bandung.

Mengangkut wisata, disebut oleh anggota Land Rover Club Bandung sebagai ngojek. Karena mengangkut wisata bukanlah hal utama dibanding dengan hobi.

"Tapi lumayan juga. Pandemi mempengaruhi usaha saya, untuk bisa ikut ngojek," katanya.

Hal yang sama dikaui oleh Kiki, sopir mobil Offroad Land Rover lainnya. Setiap pekan dia mengangkut wisatawan, baik di wilayah Rancabali, Lembang, maupun tempat lainnya.

Biasanya, konsumennya berasal dari pelbagai daerah di Indonesia yang berlibur di Bandung. Komunitas Land Rover Club Bandung biasa mendapat order dari wisatawan atau biro perjalanan.

"Wisatawan atau travel biasanya mengotak Ketua Komonitas, nanti ditawarin ke kami mau ngangkut atau tidak," ujarnya.

Peminat menjelajahi hutan Bandung sangat banyak. Bahkan kata Kiki, walaupun sudah dibagi-bagi, dirinya setiap akhir pekan selalu menjadi tukang ojek ke Gunung. Bahkan tidak jarang saat week day ada orderan.

Penghasilan dari mengantar wisatawan menggunakan mobil offroad Land Rover yang dilakukannya cukup lumayan.

Untuk satu kali pemberangkatan, paling tidak dia mendapat uang Rp 1 juta.

Penghasilan yang besar, bahkan jika ditotalkan, para sopir mobil offroad land rover di Bandung bisa mengantongi uang Rp 8 juta/bulan.

Itu pun jika hanya mengangkut penumpang Sabtu dan Minggu, apabila hari biasa ikut mengangkut, penghasilannya jauh lebih besar.

"Dasarnya memang hobi. Hobi offroad tersalurkan, uang yang didapat menjadi bonus," tutupnya.

Load More