Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 25 Februari 2022 | 13:24 WIB
ILUSTRASI pedagang gorengan di Kota Cimahi. [Suara.com/Ferrye Bangkit Rizki]

SuaraJabar.id - Amin (52) salah seorang pedagang gorengan di Kota Cimahi mengaku sempat tidak berjualan lantaran kesulitan mendapat tahu dan tempe saat para pedagangnya tidak berjualan selama tiga hari.

Ia mengaku tidak berjualan pada Rabu (23/2/2022). Seperti diketahui, para pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak Senin (21/22/2022) lantaran para pengrajinnya mogok produksi selama tiga hari.

"Saya enggak jualan sehari doang karena habis tahu sama tempenya. Kalau Senin sama Selasa saya masih ada stok," ujar Amin kepada Suara.com, Jumat (25/2/2022).

Kini, para pedagang tahu dan tempe sudah berjualan lagi namun dengan kabar yang kurang baik baik pedagang gorengan seperti Amin. Pasalnya harga tahu dan tempenya kini mengalami kenaikan.

Baca Juga: Meski Harga Naik, Stok Kedelai di Bandarlampung Dinilai Masih Lancar

Meski begitu, Amin mengaku tidak menaikan harga atau mengurangi ukuran gorengannya. Ia tetap menjualnya dengan harga Rp 1.000 per biji, dengan risiko cuan yang didapatnya berkurang.

"Harganya tetap, cuma ya risikonya untungnya sedikit. Ada buat modal lagi juga alhamdulillah. Daripada harga naik tapi gorengan enggak laku kan ya sudah seadanya saja," sebut Amin.

Sebelumnya, para pedagang tahu dan tempe tidak berjualan sejak Senin (21/2/2022) setelah tidak mendapat pasokan dari pengrajin yang sedang mogok produksi akibat naiknya harga kedelai.

"Iya udah jualan lagi. Kemarin 3 hari off karena kan dari sannaya enggak produksi," kata Dani Ramdhani (44), salah seorang pedagang tahu dan tempe.

Namun, harga jual tahu dan tempe kini naik Rp 500. Untuk tahu ukuran kecil, pedagang kini menjual dengan harga Rp 3.500 dari sebelumnya Rp 3.000 per bungkus untuk isi 10 biji.

Baca Juga: Usai Perajin Tempe dan Tahu, Giliran Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan Mulai Senin

"Kalau yang ukuran sedang itu jadi Rp 5 ribu dan ukuran besar Rp 6 ribu per bungkus. Naik Rp 500," ucap Dani.

Kondisi naiknya harga itupun sangat berdampak terhadap penjualan. Menurut Dani, kini pembeli mulai mengurangi jumlah pembelian, baik untuk tahu maupun tempe.

"Misalnya yang biasanya beli 10 bungkus, sekarang jadi 8 bungkus tahu," tuturnya.

Untuk harga tempe pun naik Rp 500 per batangnya. Kini rata-rata ia menjual tempe Rp 8.000 dari harga sebelumnya yang hanya Rp 7.500 per batang.

"Iya dinaikin karena dari produsennya udah naik karena kedelai mahal. Saya dikirim dari Lembang," ujar Dani.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More