Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 11 Maret 2022 | 16:31 WIB
ILUSTRASI - Seorang pemotor melintasi jalan ketika Kota tasikmalaya diguyur hujan lebat disertai angin kencang pada Selasa (25/1/2022). [Instagram @infojawabarat]

SuaraJabar.id - Hujan deras disertai angin kencang dan petir kerap melanda wilayah Bandung Raya selama sepekan terakhir.

Di kawasan Bandung Timur, hujan deras turun disertai butiran es dan angin kencang membuat sejumlah atap rumah warga beterbangan pada Kamis (10/3/2022) kemarin.

Di hari yang sama, hujan deras disertai suara petir terdengar menggelegar terjadi di Bandung Barat.

Karena suara petir sangat keras, kaca jendela warga sempat bergetar.

Baca Juga: PCR dan Antigen Tak Diwajibkan dalam Perjalanan Domestik, Wali Kota Bandung: Jangan Euforia

"Ya suara petir keras banget sepeti bom, kemarin sore pukul 19.00 WIB. Kaca jendela ikut bergetar bahkan anak saya sampai ke bangun," kata Hendra Gunawan (40), warga Cimareme Kecamatan Padalarang, KBB, Jumat (11/3/2022).

Hendra menyebut cuaca di Bandung Barat memang kerap turun hujan pada sore hingga malam hari. Agar mencegah hal-hal tidak diinginkan, dia kerap mematikan televisi saat hujan dan petir menerjang.

"Untuk antisipasi saya berusaha tidak keluar rumah. Tak tersambar. Kalau hujan dan petir udah datang saya juga buru-buru mematikan televisi," terangnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membenarkan kondisi cuaca Bandung tersebut. Pasalnya, terjadi belokan angin sehingga memicu pertumbuhan banyak awan cumulonimbus (Cb).

Prakirawan BMKG Bandung Muhammad Iid menjelaskan, awan cumulonimbus ini menyimpan banyak energi sehingga memicu hujan lebat, hujan es, dan petir apabila berada di ketinggian sekitar 11 kilometer dari permukaan tanah.

Baca Juga: Aturan Ganjil Genap di Kawasan Wisata Lembang Tetap Berlaku Meski Syarat Perjalanan Dilonggarkan

"Awan ini berdampak pada cuaca ekstrem, hujan lebat, hujan es, petir, dan angin kencang. Karena menyimpan banyak energi dan multi sel," jelas Iid .

Menurutnya, periode musim hujan ini bakal terjadi hingga akhir Maret 2022. Bahkan bulan ini diprakirakan curah hujan paling tinggi bakal terjadi.

"Di Bulan Maret ini, berdasarkan data klimatologis yang diinput selama 30 tahun terakhir, menjadi bulan dengan curah hujan tertinggi. Hasil ini berdasarkan analisis tahun 80-2010. Selain Maret, pola curah hujan tertinggi diprediksi terjadi Oktober-November," tambahnya.

Dengan kondisi tersebut Iid mengimbau warga terhadap potensi bencana akibat cuaca ekstrem atau hidrometeorologi. Terkait bahaya petir, masyarakat diminta tak berada di tempat tinggi dan terbuka atau berteduh di bawah pohon.

"Sebaiknya tidak bertedur di bawah pohon, karena petir ini mencari tempat tinggi. Cuaca ekstrem juga berpotensi banjir, longsor, dan angin kencang, jadi harus selalu waspada," ungkapnya.

Load More