Iwa berharap ada pihak terkait yang bisa melakukan penelitian terhadap situs tersebut.
“Karena ini berhubungan tentunya dengan silsilah kampung Cipetir itu sendiri, karena secara teori dasar bahwa adanya pemakaman mengidentifikasikan adanya pemukiman. Sehingga secara tidak langsung bisa menguak sejarah keberadaan kampung cipetir dari tarikh yg terdapat di batu nisan tersebut,” tandasnya.
Sebelumnya, temuan Makam Kuno juga terjadi di Tempat Pemakaman Umum atau TPU Dumuskadu di Kampung Tangkolo, Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Makam-makam kuno tersebut kemudian diteliti secara mandiri oleh para pegiat kesejarahan.
Salah satunya Niskala Institute, pusat studi dan dokumentasi kebudayaan, sejarah, dan peradaban nusantara yang berpusat di Bandung. Hasil penelitian yang disajikan pada Senin ini merupakan tindak lanjut dari penemuan 11 Makam Kuno di sekitar TPU Dumuskadu, yang telah diidentifikasi Niskala Institute saat penelitian awal mereka pada Rabu, 6 Juli 2022.
Baca Juga: Motif Ekonomi Jadi Alasan Pelaku Menghabisi Nyawa Tukang Ojek di Sukabumi
Laporan penelitian berjudul "Potensi Tinggalan Arkeologis di Desa Purwasedar, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi" ini disusun lima peneliti: Muhamad Alnoza (ketua tim), Bagus Dimas Bramantio, Garin Dwiyanto Pharmasetiawan, Isa Akbarulhuda, dan Nikolas Dalle Bimo Natawiria. Alnoza adalah mahasiswa S2 Antropologi Universitas Gadjah Mada atau UGM. Sementara empat peneliti lainnya merupakan lulusan Arkeologi Universitas Indonesia atau UI.
Singkatnya, kesimpulan dari penelitian menyebutkan bahwa Desa Purwasedar paling tidak telah menjadi lokasi kegiatan masyarakat masa kolonial. Rentang waktu yang dimaksud dalam hal ini sepanjang abad ke-19 hingga dengan periode paruh awal abad ke-20 Masehi.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui proses survei, dapat disimpulkan Situs Pemakaman Kuno Dumusgede merupakan pemakaman bernapaskan agama Islam dan mendapat pengaruh budaya Jawa-Mataraman.
Indikasi ini muncul dari keberadaan penggunaan aksara cacarakan, sebagai bentuk pengadopsian aksara Jawa Baru ke dalam kebudayaan literasi Sunda.
Organisasi ini kemudian merekomendasikan pemerintah dan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan situs-situs sejarah tersebut.
Berita Terkait
-
Akal Bulus Demi Raih Piala Asia U-17 2025: Arab Saudi Main dengan '12 Pemain'?
-
Deretan Fakta Menarik Final Piala Asia U-17 2025: Mental Juara Uzbekistan
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Arab Saudi Tertarik Bisnis Mineral di Indonesia
Terpopuler
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Robby Abbas Pernah Jual Artis Terkenal Senilai Rp400 Juta, Inisial TB dan Tinggal di Bali
- Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- Ini Alasan Hotma Sitompul Dimakamkan dengan Upacara Militer
Pilihan
-
Liga Inggris: Kalahkan Ipswich Town, Arsenal Selamatkan MU dari Degradasi
-
Djenahro Nunumete Pemain Keturunan Indonesia Mirip Lionel Messi: Lincah Berkaki Kidal
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Layar AMOLED Terbaik April 2025
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V50 Lite 4G vs vivo V50 Lite 5G, Serupa Tapi Tak Sama!
-
PT LIB Wajib Tahu! Tangan Dingin Eks Barcelona Bangkitkan Liga Kamboja
Terkini
-
Cianjur Rawan Predator Anak! Ada 17 Kasus Pencabulan dan Pemerkosaan
-
UMKM Perhiasan Batu Alam Jangkau Pasar Internasional Berkat BRI
-
Kasus Korupsi Dana Hibah NPCI Jabar Diduga Rekayasa, Terungkap di Persidangan
-
Prestasi Mendunia dan Membanggakan: BRI Raih Euromoney Private Banking Awards 2025 di London
-
Kain Tenun Ulos Kebanggaan Indonesia Sukses Tembus Pasar Amerika Serikat Berkat Klasterkuhidupku BRI