Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Selasa, 23 Agustus 2022 | 12:53 WIB
ILUSTRASI - Petugas SPBU mengisi BBM jenis Pertalite. [ANTARA FOTO/Makna Zaezar]

SuaraJabar.id - Presiden Joko Widodo mengatakan akan memutuskan perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite secara hati-hati agar tidak menurunkan daya beli rakyat.

Meski demikian, sejumlah ibu rumah tangga atau emak-emak tetap khawatir dengan wacana kenaikan harga Pertalite.

Pasalnya, para emak-emak memperkirakan kenaikan harga Pertalite juga baka memicu kenaikan sejumlah harga komoditas pokok.

"Sekarang aja udah pada mahal, telur udah di atas Rp 30 ribu per kilo. Kalau Pertalite naik, merembet naik semua sembako," ujar Wida (38) warga Kota Cimahi.

Baca Juga: Tinjau Anjungan Provinsi di TMII Banyak Yang Rusak, Jokowi Perintahkan Para Gubernur Segera Renovasi

Selain berpotensi memicu kenaikan harga sembako, Wida mengkhawatirkan sejumlah harga juga bakal naik. Mulai dari trarif transportasi hingga layanan jasa lainnya.

"Anak udah mulai sekolah nih, kalau Pertalite naik, ongkos angkot sama ojol juga bisa naik," tuturnya.

Senada dengan Wida, Rika Septiani (37) meminta Pemerintah Pusat untuk menunda rencana kenaikan harga Pertalite.

Menurutnya, keputusan menaikan harga Pertalite merupakan hal yang tak bijak di tengah belum pulihnya kondisi ekonomi rakyat.

"Saya UMKM jualan makanan. Kalau Pertalite naik terus harga-harga pada naik, saya terpaksa harus naikin harga juga. Kalau udah gitu bisa-bisa gak laku," ungkapnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Kadin Uji Coba Tanam Sorgum di NTT: 10 Hektare Dulu

Di lain pihak, Presiden Jokowi mengatakan skema perubahan harga Pertalite menyangkut hajat hidup banyak masyarakat sehingga akan dikalkulasi dan diputuskan dengan sangat hati-hati.

“Ini menyangkut hajat hidup orang banyak, jadi semuanya harus diputuskan dengan hati-hati, dikalkulasi dampaknya jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga,” kata Jokowi, Selasa (23/8/2022) dikutip dari Antara.

Ia mengatakan pemerintah juga akan memitigasi dampak dari perubahan harga Pertalite terhadap laju inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mencatat inflasi tahunan hingga 4,94 persen (year on year/yoy) pada Juli 2022 atau yang tertinggi sejak Oktober 2015, Namun, di kuartal II 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mencatat tren positif di 5,44 persen (yoy).

Kepala Negara memastikan telah memerintahkan jajarannya untuk menghitung secara cermat dan akurat terkait rencana perubahan harga Pertalite, sebelum pengambilan keputusan.

“Semuanya saya suruh menghitung betul hitung betul sebelum diputuskan,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah sedang menyusun skema penyesuaian harga untuk mengurangi beban subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) di APBN.

Luhut menegaskan keputusan akhir atas rencana penyesuaian harga BBM berada di Presiden Jokowi.

"Pemerintah masih menghitung skenario penyesuaian subsidi dan kompensasi energi dengan memperhatikan dampak terhadap masyarakat," kata Luhut, Minggu (21/8), seraya menambahkan pemerintah pun tengah melakukan simulasi skenario pembatasan volume.

Ia memastikan pemerintah akan berhitung dengan sangat hati-hati. Sebab, perubahan kebijakan subsidi dan kompensasi energi perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti tingkat inflasi, kondisi fiskal, dan juga pemulihan ekonomi.

Load More