SuaraJabar.id - Sejumlah pengguna Twitter mengutuk keras aksi premanisme yang dilakukan polisi dalam merespon adanya suporter yang masuk ke lapangan pascapertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jaea Timur pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Mereka menganggap gas air mata yang ditembakkan polisi di dalam stadion sebagai pemicu tragedi Kanjuruhan yang membuat lebih dari seratus orang tak berdosa meregang nyawa.
Warga Twitter pun ramai-ramai mendesak penghentian penggunaan gas air mata dalam membubarkan atau memukul massa, terutama di dalam stadion.
"STOP TEAR GAS INSIDE THE STADIUM!!!," tulis pengguna Twitter @talk****.
"tertumpuknya supporter karena pintu keluar tertutup"
itu karena apa ?
ya karena GAS AIR MATA.
karena orang yang bertugas mengamankan lalu orang tsb menembakkan GAS AIR MATA dan membuat mereka lari menuju pintu keluar yang tertutup," sambung @Armadill*****.
Dalam cuitannya, sejumlah pengguna Twitter iut menyematkan tagar #prayforkanjuruhan, #kanjuruhanberduka, #ACAB, #Aremaniaberduka hingga #polisipembunuh.
"jangan salahin supporternya. supporter di seluruh duniapun bakalan mati2an belain timnya. salahin polisi kenapa ga ngerti regulasi keamanan stadion. #kanjuruhanberduka #AremaniaBerduka #ACAB #polisipembunuh," tulis @geraldy******.
Sebelumnya, Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Jawa Barat mengecam tindakan kepolisian terhadap rakyat yang menyaksikan laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (2/10/2022) malam.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Jadi Pertandingan Sepak Bola Paling Mematikan Kedua di Dunia
Tindakan polisi menembakkan gas air mata di dalam stadion dinilai memicu terjadinya tragedi Kanjuruhan yang berdasarkan data pada Minggu (2/10/2022) siang menewaskan 130 orang.
Dalam keterangan persnya, AGRA Jabar menyebut Kepolisian dan dibantu TNI membubarkan semua massa Arema yang turun ke lapangan secara paksa dengan pukulan pentungan, tendangan dan tindak kekerasan lainnya.
Situasi di dalam stadion semakin kacau dan tak terkendali. Terlebih, setelah pihak kepolisian menembakkan gas air mata di dalam stadion.
Celakanya, asap gas air mata yang ditembakkan tidak hanya mengarah kepada suporter yang turun ke lapangan, tetapi mengarah ke semua tribun penonton yang berimbas pada kepanikan luar biasa dan seketika semua suporter berlarian menuju pintu keluar.
"Para suporter sudah tidak memandang Arema atau Persebaya, karena yang ada dalam pikiran kolektif mereka adalah menyelamatkan diri dari kepungan asap aparat yang sudah memenuhi stadion. Mereka Berdesakan, bertumpukan, di tengah kepulan asap gas yang perlahan menghentikan pernapasan," tulis AGRA Jabar dalam keterangan pers yang diterima Minggu (2/10/2022).
Atas aksi brutal aparat itu, AGRA Jabar mengusut agar tragedi Kanjuruhan tersebut diusut tuntas.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Aksi Heroik di Langit Karawang, Kapten Eko Agus Selamatkan 4 Kru Saat Pesawat 'Nyungsep' di Sawah
-
Cianjur Dikepung Tujuh Sesar Aktif, Ancaman Gempa Besar Bayangi Warga!
-
Terhempas di Sawah Karawang, Kesaksian Warga Lihat Pesawat PK-WMP Berputar-putar Sebelum Jatuh
-
Kasih Palestina Teguhkan Komitmen Kemanusiaan di Peringatan Deklarasi Kemerdekaan Palestina
-
Hancur Hati Guru Ini! Rekaman Pilu Saat Mengajar, Tapi Tak Satupun Murid Mau Mendengar