Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Rabu, 16 Agustus 2023 | 15:50 WIB
Kerusuhan terjadi di Dago Elos, Kota Bandung yang disebabkan oleh bentrokan antara polisi dan warga. [Twitter/BDGBergerakID]

SuaraJabar.id - Dua jurnalis diduga menjadi korban kekerasan yang dilakukan oknum aparat kepolisian saat meliput aksi yang dilakukan warga Dago Elos, Kota Bandung pada Senin (14/8/2023).

Salah satunya Agung Eko Sutrisno, jurnalis Radar Bandung. Kepada Suara.com, dia mengaku sampai di lokasi sekitar pukul 21.30 WIB untuk meliput akso warga Dago Elos yang melakukan blokade jalan.

"Mulanya saya berada di barisan polisi untuk melakukan foto situasi di tengah perjalanan saya bertemu rekan wartawan lainnya. Kita sepakat untuk pergi menuju barisan warga karena melihat ada dua wartawan sedang mewawancarai warga," ungkap Eko, Rabu (16/8/2023).

Eko mendapat cerita dari warga terkait adanya tindakan represif dari pihak kepolisian saat pelaporan di Polrestabes. Kemudian sekitar pukul 10.20 WIB sempat ada negosiasi antara perwakilan warga dan pihak polisi.

Baca Juga: Awal Mula Kasus Sengketa Tanah di Dago Elos, Berujung Warga Bentrok dengan Polisi

"Hasilnya empat warga pelapor serta tim kuasa hukum ikut ke Polres untuk melakukan pelaporan ulang dengan konsekuensi laporan diterima. Warga pun sepakat untuk kembali pulang ke kawasan rumah mereka serta membersihkan jalan," terang Eko.

Namun saat warga membersihkan jalan dan membuka jalur jalan, terdengar sebuah ledakan gas air mata di arah belakang warga. Gas tersebut mengakibatkan warga yang berada di belakang terkena gas tersebut. Tidak hanya sekali gas dilontarkan polisi.

Breaking News! Pecah Rusuh di Dago Elos Bandung, Jalanan bak Medan Perang: Berawal dari Surat Era Hindia Belanda (Twitter @BandungBergerakID)

"Sehingga warga yang semula damai terusik, berhamburan lari menuju pemukiman. Kami yang berada di paling depan barisan warga, melihat Polisi mulai mendekati warga. Satu gas air mata ditembakan di depan kami. Gas yang dilemparkan di depan didepan tadi, membuat satu pelapor pingsan dan harus dibantu oleh beberapa warga," ungkap Eko.

Dia dan sejumlah jurnalis lainnya ikut panik dan berlari bersama warga untuk menyelamatkan diri. Sekitar pukul 23.30 WIB dia menyaksikan puluhan warga berjatuhan terkena gas air mata, bahkan beberapa di antaranya pingsan.

"Warga yang geram dengan tindakan polisi mencoba berlari ke depan polisi. Namun berhasil dipukul polisi. Saya melihat selang berapa menit gas air mata dilemparkan ke gang dalam pemukiman warga. Sekitar 8 meter asap mulai terlihat. Warga yang kaget berlari ke belakang," lanjutnya.

Baca Juga: Kronologi Kerusuhan Dago Elos Bandung, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

Tak berhenti di sana, polisi bersenjata mulai masuk ke pemukiman warga. Terkaget dengan kejadian tersebut warga berhamburan berlari. Sialnya, di sana Eko diduga mengalami kekerasan karena satu dari polisi memukul punggung bagian punggungnya.

"Saya teriak saya wartawan, dan melihatkan kartu pers. lalu satu warga perempuan mengamankan saya ke dalam rumahnya," ucap Eko.

Di dalam rumah, asap dari gas air mata yang berjarak delapan meter dari permukaan warga. Membuat asap masuk ke rumah warga, di dalam rumah warga mengalami batuk dan muntah hampir pingsan. Beruntung bisa menyelamatkan diri ke lantai dua.

Bukannya mereda, dia menyaksikan aparat polisi terus bertambah masuk ke daerah pemukiman warga. Beberapa dari mereka merusak motor, speaker, gerobak, yang berada di jalan gang. Terdengar suara anak-anak menangis, dan batuk dari beberapa rumah.

"Terdengar suara polisi, menginstruksikan tangkap dan pukul. Sekitar pukul 2 pagi beberapa tentara masuk ke gang, dan menunggu di beberapa rumah warga. Salah satunya di depan rumah yang saya tempati. Saya bersama dua warga di rumah tersebut mengamankan diri hingga pukul 3 pagi," terang Eko.

Barulah sekitar pukul 03.00 WIB, Eko memberanikan diri keluar dari persembunyian setelah memastikan kondisi di kawasan Dago, Kota Bandung sudah aman.

Kontributor : Ferrye Bangkit Rizki

Load More