7,6 Persen Masyarakat Ogah Imunisasi, Alasannya Takut Vaksin Tak Aman

Namun, sebagain besar masyarakat, yakni 64,81 persen, menjawab setuju divaksinasi. Selain itu, terdapat pula 27,60 persen masyarakat yang belum tahu divaksin atau tidak.

Ari Syahril Ramadhan
Senin, 26 Oktober 2020 | 14:05 WIB
7,6 Persen Masyarakat Ogah Imunisasi, Alasannya Takut Vaksin Tak Aman
Ridwan Kamil melakukan simulasi pemberian vaksin Covid-19 di Puskesmas Tapos, Kota Depok, Kamis (22/10/2020). (Suara.com/Supriyadi)

SuaraJabar.id - Sebuah survei menunjukan 7,6 masyarakat di Indonesia enggan divaksinasi. Mayoritas dari yang enggan divaksinasi ini beralasan tidak yakin dengan keamanan vaksin yang akan dimasukan ke tubuh mereka.

Survei ini diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF.

Project Integration Manager of Research and Development Division PT Bio Farma Neni Nurainy mengatakan, mayoritas masyarakat di Indonesia setuju untuk divaksinasi.

"Pertanyaan dari survei tersebut, jika pemerintah memberikan vaksin Covid-19, apakah Anda dan keluarga akan ikut imunisasi? 7,60 persen menjawab tidak mau," kata dia, saat diskusi daring dengan tema Refleksi Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-Amin yang dipantau di Jakarta, Senin (26/10/2020).

Baca Juga:Studi: Risiko Kematian Pasien Covid-19 yang Konsumsi Aspirin Lebih Rendah

Namun, sebagain besar masyarakat, yakni 64,81 persen, menjawab setuju divaksinasi. Selain itu, terdapat pula 27,60 persen masyarakat yang belum tahu divaksin atau tidak.

Ia mengatakan dari 7,60 persen masyarakat yang tidak mau divaksin tersebut ternyata memiliki beragam alasan yang berbeda-beda. Pertama, mereka tidak yakin dengan keamanananya dengan persentase sebesar 59,03 persen.

Kemudian ditemukan pula alasan masyarakat tidak yakin dengan efektivitas vaksin sebesar 43,17 persen, 24,20 persen takut efek samping vaksin dan 26,04 persen tidak percaya vaksin.

Dalam survei itu juga ditemukan alasan masyarakat menolak atau tidak mau divaksin karena masalah agama, sebesar 15,97 persen, dan 31,24 persen karena alasan lainnya.

Oleh karena itu, ujar dia, berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan dengan melibatkan WHO dan UNICEF pada 30 September 2020 tersebut, perlu semua elemen melakukan komunikasi dan advokasi terhadap masyarakat.

Baca Juga:Update Covid-19 Global: Kasus Baru Pecahkan Rekor Selama 3 Hari Terakhir

"Ini perlu disampaikan pentingnya vaksin," katanya.

Apalagi, ujar dia, dalam waktu dekat pemerintah segera melakukan vaksinasi sehingga perlu komunikasi dan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat, terutama yang menolak divaksin tersebut.

Ia menerangkan vaksin hanya salah satu cara dari sekian banyak upaya penananganan wabah. Jadi bukan bukan satu-satunya, apalagi senjata pamungkas.

"Jadi manfaat vaksin, selain mengontrol kematian juga mencegah kecacatan dan komplikasi akibat penyakit," katanya.

Sebagai contoh, sebelum ini vaksin telah berhasil menyelamatkan nyawa manusia sekitar 2,7 juta karena campak, dua juta dari bahaya tetanus dan satu juta karena pertussis. Bahkan, beberapa penyakit telah dieradikasi, misalnya cacar api, yang terjadi pada 1979.

Karena efektivitas vaksin, maka terjadilah eradikasi dan tidak ada lagi penyakit tersebut di dunia. Selain itu, terdapat pula eliminasi atau penurunan pada beberapa penyakit, di antaranya rubella, campak dan pertussis.

"Pada intinya vaksin menimbulkan kekebalan pada individu, kelompok dan juga global," katanya. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini