Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 15 September 2019 | 07:47 WIB
Ilustrasi korban keracunan massal dirawat di rumah sakit. (Antara)

SuaraJabar.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi membeberkan hasil investigasi di lapangan yang dilakukan untuk mengetahui penyebab ratusan orang mengalami keracunan massal di Kampung Pangkalan, Desa Bojonggaling, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat beberapa hari lalu.

Plt Kepala Dinkes Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid menyebut, fakta-fakta yang ditemukan dari identifikasi lapangan, serta hasil investigasi melalui penyelidikan epidemologi, ditemukan beberapa rekomendasi, khususnya dalam hal perbaikan sanitasi dasar.

"Sanitasi dasar ini bisa dicapai melalui STBM, atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Dari hasil pemeriksaan sementara, diambil dari sediaan feses atau tinja, itu ditemukan bakteri Campylobacter Jejuni (Kampilobakter). Bakteri ini akan sangat cepat perkembangannya pada suhu di musim kemarau," ujar Harun dilansir Sukabumiupdate.com, (jaringan Suara.com), Jumat (13/9/2019).

Menurut dia, Campylobacter Jejuni salah satunya bisa menyebar melalui hewan. Harun mengacu pada sediaan feses yang diambil. Bakteri bisa pada daging ayam dan telur.

Baca Juga: Heboh Keracunan Massal di Sukabumi, Apa yang Buat Makanan Jadi Beracun?

"Kita lihat di lapangan masih ada tinja-tinja tikus. Mungkin dari hewan itu. Kemudian kita lihat ada perubahan warna yang signifikan pada telur. Yang harusnya warna kekuningan jadi warna merah. Itu yang memicu Guillain-Barre Syndrome (GBS)," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, GBS merupakan sebuah gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang saraf. GBS bisa memicu rasa sakit kepala, pusing, nyeri badan yang luar biasa kepada penderitanya. Disusul mual, muntah dan mencret.

"Dan yang paling berbahaya itu bisa mematikan atau melumpuhkan syaraf di dalam tubuh kita. Yang mungkin akhirnya, karena kecepatan berkembang biak dari suhu musim panas, bisa menimbulkan kematian. Hal itu dibuktikan setelah kemarin ada dua orang meninggal dunia. Meski dari dua orang yang meninggal tersebut ditemukan penyakit penyerta. Jadi keracunan ini hanya sebagai pemicunya," imbuh Harun.

Sebelumnya dua orang warga Sukabumi tewas diduga keracunan usai menyantap menu nasi uduk saat acara tahlilan di salah satu rumah warga di Kampung Pangkalan, Desa Bojonggaling, Kecamatan Bantargadung.

Hingga Jumat (13/9/2019), Dinkes Sukabumi mencatat ada 176 orang korban keracunan yang dirawat dii dua rumah sakit. Di mana dua di antaranya dinyatakan meninggal dunia yakni Rendi (9) dan Dewi Agung (37).

Baca Juga: Tewaskan 2 Orang, Polisi Selidiki Keracunan Massal di Sukabumi

Load More