SuaraJabar.id - Lembaga Penyalur Kerja (LPK) PT Miraino Hashi Jaya yang terletak di Perumahan Graha Primaitu, Tambun, Kabupaten Bekasi digeruduk puluhan calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
LPK tersebut digeruduk, lantaran terindikasi menjalankan bisnis penipuan berkedok penyalur kerja ke luar negeri. Mereka geram, karena beberapa bulan tak kunjung diberangkatkan ke Jepang oleh LPK tersebut. Apalagi, mereka telah menyerahkan uang puluhan juta rupiah.
"Kami merasa ditipu karena sudah cukup lama tak kunjung diberangkatkan ke Jepang, padahal uang telah kami berikan," kata salah satu calon TKI yang dijanjikan bekerja di Jepang, Karman pada Jumat (22/11/2019).
Sejauh ini, calon TKI tersebut hanya mendapatkan selembar kertas Beraksara Kanji Jepang. Karman mengaku, kertas tersebut merupakan surat kontrak (SK).
"Pihak yang bersangkutan meyakini kami dengan SK itu, namun kami tidak tahu apa sebenarnya arti dari bahasa Jepang itu," ungkapnya.
Karman menduga jika kertas yang disebut-sebut sebagai surat kontrak itu hanyalah sebuah brosur yang disalahgunakan sebagai alat penipuan.
"Saya minta bantuan yang ahli untuk diterjemahkan, ternyata itu bukan SK. Melainkan itu hanya brosur, brosur untuk kaiko (perawat). Jadi bukan untuk magang, kira-kira begitu," kata dia.
Lantaran itu, mereka menuntut LPK dapat memberikan penjelasan dan menuntut agar bertanggung jawab atas kerugian yang dialaminya. Ia menjelaskan bahwa saat dimintai sejumlah uang ketika para calon TKI itu telah lulus dari interview.
"Alasannya hanya untuk keperluan administrasi," jelas dia.
Baca Juga: Rizieq Shihab Disamakan dengan TKI, Ketua HRS Center Naik Darah
Di sana, mereka juga meminta kepada Direktur Utama LPK PT Miraino Hashi Jaya Murdiono yang nampak ditengah-tengah aksi geruduk untuk menerjemahkan surat kontrak yang ada pada kertas tersebut.
Hanya saja, Murdiono urung menerjemahkan SK yang dianggap para calon TKI itu bodong. Padahal, Murdiono mengaku kepada para calon TKI tersebut memiliki kemampuan Bahasa Jepang level N2.
Sementara itu, seorang calon TKI lainnya, Obi mengaku sudah membayar Rp 15 juta, namun tak kunjung mendapat kepastian pemberangkatan.
Karena tidak adanya kejelasan, Obi yang berasal dari Jogja ini harus bekerja menjadi ojek online untuk menutupi kebutuhan sehari-hari di asrama,
"Di asrama enggak ngapain-ngapain," tambahnya.
Sementara itu, Murdiono menampik tuduhan penipuan tersebut. Ia beralasan untuk berangkat ke Jepang memerlukan proses yang cukup panjang. Bahkan, diakuinya, proses pemberangkatan sempat tertunda karena dirinya sempat terbelit kasus hukum yang harus diselesaikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Aksi Heroik di Langit Karawang, Kapten Eko Agus Selamatkan 4 Kru Saat Pesawat 'Nyungsep' di Sawah
-
Cianjur Dikepung Tujuh Sesar Aktif, Ancaman Gempa Besar Bayangi Warga!
-
Terhempas di Sawah Karawang, Kesaksian Warga Lihat Pesawat PK-WMP Berputar-putar Sebelum Jatuh
-
Hancur Hati Guru Ini! Rekaman Pilu Saat Mengajar, Tapi Tak Satupun Murid Mau Mendengar
-
Drama Anak Mantan Kiper Persib di Kamboja: Bukan Korban TPPO, Tapi Scammer yang Cari Kerja Sendiri