Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 03 Januari 2020 | 16:39 WIB
Mendag Agus Suparmanto saat meninjau posko pengungsian di Gedung BNPB Bekasi pada Jumat (3/1/2020). [Suara.com/M Yacub]

SuaraJabar.id - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mendatangi salah satu lokasi penampungan pengungsian banjir Bekasi di Gedung BNPB depan Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih pada Jumat (3/1/2020).

Dalam kunjungannya, Menteri Agus memberikan sejumlah bantuan sembako, perabotan rumah tangga dan bahan pokok makanan serta selimut dan baju. Logistik tersebut dikhususkan bagi korban banjir di wilayah PGP Kota Bekasi. Agus lantas menyapa para pengungsi dan berdialog dengan salah satu ibu renta yang bersama dengan anak serta cucunya.

Ditengah-tengah agenda tersebut, seorang warga tiba-tiba mendatangi menteri tersebut dan menceritakan tentang kondisi yang dialami sejak banjir menerjang lingkungannya sejak Selasa (31/12/2019) malam lalu.

Warga yang diketahui bernama Aziz Pane (65) tersebut mengaku tidak terlalu membutuhkan logistik berupa makanan, serta perabot dan baju. Namun ia hanya meminta kepada Agus agar disediakan toilet portable.

Baca Juga: 39 Ribu Korban Banjir Bekasi Masih Mengungsi

“Saya tidak minta uang Pak, enggak minta makan, saya cuma mau bapak sediakan toilet yang di mobil (toilet portable),” ungkap warga yang mengaku bernama Aziz Pane (65).

Seketika itu juga, Menteri Agus menyarankan agar para warga bersabar menunggu bala bantuan logistik lain.

“Sabar dulu ya pak,” katanya sambil berjalan meninggalkan warga.

Ketika dikonfirmasi Suara.com, Aziz mengaku tinggal di wilayah RT 06/RW 09 Perumahan PGP Kota Bekasi. Aziz mengemukakan, saat ini warga sudah sangat memerlukan toilet.

“Yang utama itu kebutuhan air, saya mau ada toilet seperti yang ada di monas, toilet itu dalam mobil,” ujar dia.

Baca Juga: Kemang Pratama Bekasi Banjir Parah, 6 Mobil dan 3 Motor Eko Patrio Terendam

Sejauh ini, sambung Aziz, warga atau pengungsi kerap membuang air ke SPBU yang jaraknya hampir 500 meter dari titik pengungsian.

“Sampai sekarang saya belum balik pulang kerumah, listrik mati masih, rumah saya itu pojok paling parah terendam saya sampai naik genteng. Tolong lah ada toilet, saya ada cucu delapan,” ungkapnya.

Mirisnya lagi, kata dia, yang tersisa dari berkas di rumahnya adalah sepucuk Surat Keterangan (Suket) sebagai pengganti Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“Nih berkas dikumen dirumah saya hanya tinggal ini,” katanya sambil menunjukan suket.

Kontributor : Mochamad Yacub Ardiansyah

Load More