Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Kamis, 30 Januari 2020 | 13:07 WIB
Husnia, mahasiswi asal Indonesia yang terjebak di Wuhan, China saat berkomunikasi Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja. (Suara.com/M Yacub).

SuaraJabar.id - Husnia (23), seorang mahasiswi asal Bekasi, Jawa Barat masih terjebak di Wuhan, Provinsi Hubei, China karena wabah virus corona.

Warga Kampung Cikarang Jati, Desa Kalijati, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi ini merupakan mahasiswa Sastra Mandarin di Universitas Negeri Surabaya (Unes).

Bersama sejumlah temannya asal Jawa Timur, Husnia memeroleh beasiswa untuk menimba ilmu di Central China Normal University selama enam bulan.

Adanya warga Kabupaten Bekasi yang tertahan di Wuhan ini terdeteksi setelah keluarga Husnia mendatangi Kantor Pemerintah Kabupaten Bekasi, di Cikarang Pusat.

Baca Juga: Heboh Bacaan Buku Iqro Unggahan Bebi Silvana Bahas Virus Corona

Mereka memertanyakan kondisi terakhir di Wuhan serta upaya pemerintah untuk memercepat kepulangan Husnia.

Bupati Eka Supria Atmaja sendiri telah mengunjungi kediaman dan keluarga Husnia juga menjelaskan virus novel corona yang saat ini penyebaranya sangat mengkhawatirkan dunia.

Dalam kesempatan itu, Eka mencoba melakukan interaksi dengan Husnia menggunakan video call.

Dalam kesempatan itu, Husnia meminta untuk segera dapat dipulangkan ke tanah air.

Ia menyatakan jika saat ini memang mahasiswa asal Indonesia yang berada di Wuhan dalam kondisi baik-baik saja. Namun, para mahasiswa yang berada di sana memilih untuk segera pulang.

Baca Juga: Majikan Dilarang Bawa TKI Hong Kong ke China karena Virus Corona

"Kami masih waspada, saya ingin pulang ke Indonesia," kata Husna saat berbicara dengan Bupati Bekasi.

Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja saat berkunjung ke rumah keluarga Husnia, mahasiswi asal Indonesia yang terjebak di Wuhan, China. (Suara.com/M Yacub).

Husnia mengaku bahwa pada tanggal 2 Februari mendatang beasiswanya telah selesai dan seharunya pulang. Namun, dengan kebijakan pemerintah China yang mengisolir semua pintu masuk dan keluar termasuk bandara membuat para mahasiswa tersebut masih tertahan di Wuhan hingga kini.

Secara keseluruhan, kata Husnia, Wuhan dalam kondisi baik-baik saja. Dia pun memastikan video yang memerlihatkan sejumlah orang bergelatakan di jalan itu tidak benar. Warga masih diperbolehkan keluar rumah meski situasi kota lebih sepi dari biasanya.

"Pemerintah di sini tidak melarang orang ke luar, tapi hanya mengimbau jika tidak ada keperluan yang penting lebih baik di dlaam rumah saja. Secara umum tidak ada masalah. Saya juga sering bilang ke keluarga di rumah, saya enggak apa-apa, baik-baik saja," ucapnya.

Namun demikian, penyebaran virus corona membuat banyak toko tutup. Husnia mencatat, setidaknya hanya ada dua toko kebutuhan pokok yang masih buka. Kondisi itu membuat harga kebutuhan pokok melonjak hingga tiga kali lipat. Alhasil, mereka terpaksa membeli dengan harga yang mahal.

"Perbandingannya itu seperti sayur hijau, kubis atau kol harganya sekarang bisa sampai Rp 200.000. Bukan sekilo, tapi ya seikat. Biasanya Rp 50.000. Ini yang paling dirasakan. Karena kan bahan kebutuhan pun barangnya susah," ungkapnya.

Kondisi ini yang justru membuat Husnia beserta mahasiswa Indonesia lainnya kesulitan. Beberapa bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia cukup membantu meringankan. Mereka, kata dia, membantu memasok kebutuhan pokok serta memberikan pendampingan mental.

Selain itu, KBRI pun memberikan bantuan dana untuk para mahasiswa asal Indonesia tersebut. Namun, kata dia, karena kebutuhan pokok yang melonjak itu, bantuan dana dirasa belum mencukupi.

“Maka kami di sini harus berhemat. Ada bantuan dari KBRI, dibagi ke setiap orang. Kalau dihitung paling cukup untuk satu minggu. Jadi kami minta pemerintah untuk segera mengevakuasi kami," kata dia.

Load More