Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 04 Maret 2020 | 10:20 WIB
Wali Kota Depok M Idris. [Suara.com/Supriyadi]

SuaraJabar.id - Wali Kota Depok Mohammad Idris membantah mengungkap data alamat dua warganya positif virus Corona dalam konferensi pers yang digelar di Balai Kota Depok, Senin (2/3/2020). Belakangan Idris dikecam karena membuka data pribadi 2 warga Depok terinfeksi corona.

Idris menyampaikan, saat konferensi pers dirinya hanya memastikan alamat dua warga positif virus Corona. Sebab, ia tidak tahu alamat pasti dan nama dua warga itu.

"Dalam konferensi pers saya tidak menyebutkan nama dan alamat rumahnya,” kata Idris di kantornya di Depok, Rabu (4/3/2020).

“Memang ketika itu, saya sedang mencari tahu. Lalu saya tanyakan ke asisten saya, perumahan apa? Ini apakah yang ada di Sukmajaya atau yang ada di tempat lain,” kata Idris.

Baca Juga: Dampak Virus Corona, Honda Pangkas Produksi di Dua Pabriknya

“Mungkin kata-kata itu terdengar oleh wartawan,” katanya.

Selain itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Depok Hardiono pun membela Wali Kota Depok bahwa Idris tidak membuka alamat dan nama dua warga positif virus Corona.

Sebab, dalam konferensi pers Wali kota ditemani Kepala Diskominfo Depok.

"Kata Kadiskominfo, Pak Wali tidak bilang seperti itu, " ucap Hardiono.

Hardiono meminta agar data pribadi warga positif virus Corona tidak disebarkan lagi. Kalau mendapatkan data itu, cukup mengungkapkan inisial nama dan umur kedua pasien saja.

Baca Juga: Warganet Sebut Indonesia Bisa Meniru Cara Singapura Tangani Virus Corona

"Kalau etika kedokteran, itu nggak perlu, cukup inisial saja, kan kita punya medical record, itu pribadi, privasi banget," pungkasnya.

Dikecam SAFEnet

Wali Kotak Depok Mohammad Idris menuai kritik dari Pembela Kebebasan Berekspresi Asia Tenggara (SAFEnet) terkait dua warganya yang terinfeksi virus corona.

Idris dinilai lalai lantaran mengungkap data pribadi dua pasien tersebut ke muka umum.

Diketahui dalam konferensi pers yang digelar di Balai Kota Depok, Senin (2/3/2020), Idris mengumumkan dua warganya positif terjangkit virus corona.

Selain itu, ia juga membeberkan kronologi serta tempat tinggal dua warga tersebut.

Tindakan Idris ini lantas menuai sorotan SAFEnet. Melalui cuitan di akun @safenetvoice, SAFEnet menerangkan tindakan Idris yang menyebarkan data pribadi warganya sama halnya menjadikan pasien virus corona menjadi korban kedua kalinya.

Bersamaan dengan unggahan tersebut, akun @safenetvoice turut membagikan artikel Tempo.co berjudul "SafeNet Kritik Wali Kota Depok yang Ungkap Alamat Pasien Corona".

"SAFEnet mengkritik Wali Kota Depok Muhammad Idris yang membuka identitas dua warga pasien virus corona. "Menyebarkan data pribadi seperti alamat rumah malah menjadikan pasien kembali menjadi korban untuk kedua kalinya," tulis @safenotevoice seperti dikutip Suara.com, Selasa (3/3).

Sontak kritik yang dilayangkan SAFEnet mendapat sambutan dari warganet. Sebagian besar dari mereka pun turut melayangkan protes kepada Idris.

"Kan...Heran buat apa juga. Orang lagi berusaha sembuh malah ditambah-tambah beban. Jahat banget," kata @ucaaguslagk.

"Melindungi identitas warga dugaan corona itu termasuk ke dalam bentuk perlindungan warga negara pak. Bapak ini udah melanggar undang-undang administrasi kependudukan, kudu disunat ieu lambey na walikota depok," tulis @indria_vitri.

"Identitas WNI yang kena corona di luar negeri, gak diumbar sama pemerintah sana cuma daerahnya. Lah ini," timpal @wafdaNH.

SAFEnet mengajak masyarakat agar lebih cerdas dalam memilih konten sebelum menyebarluaskannya ke media sosial menyusul pengumuman virus corona di Indonesia.

Sebab, belakangan di media sosial ramai tersebar identitas lengkap kedua pasien. Mulai dari nama lengkap, alamat, foto, akun media sosial hingga riwayat kesehatan mereka dapat ditemukan di linimasa.

"Jangan diedarkan lagi. Menyebarkan data pribadi yang spesifik, apalagi disertai foto dan alamat rumah, bukan tindakan yang benar," tulis SAFEnet di Twitter.

Penyebarluasan identitas pribadi kedua pasien justru akan menjadikan pasien dan keluarga menjadi korban kepanikan masyarakat.

Hal ini justru menambah beban bagi pasien yang sedang menjalani perawatan di ruang isolasi RSPI Dr Sulianti Saroso, Jakarta.

"Tolong pahami, bila Anda ikut menyebarkannya, Anda telah merampas hak korban corona untuk fokus menyembuhkan dirinya. Anda malah menambah beban kepada korban akibat tindakan ceroboh Anda," ungkapnya.

Catatan Redaksi: Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal virus corona Covid-19, sila hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119.

Kontributor : Supriyadi

Load More