SuaraJabar.id - Para ilmuwan saat ini sedang berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin yang efektif dan aman untuk melawan virus SARS CoV 2 yang menyebabkan sakit Covid-19.
Kabar baiknya, di antara semua vaksin yang sedang diteliti, jenis yang sedang dikembangkan Oxford University, Inggris menjadi salah satu vaksin paling potensial.
Bahkan saat ini vaksin buatan peneliti Oxford sudah memasuki uji coba tahap tiga pada manusia atau uji klinis.
Diketahui, tahap ada empat tahap uji klinis. Pertama butuh orang sehat untuk menentukan dosis yang bisa diterima, kedua butuh 100 hingga 200 penderita, ketiga butuh 500 penderita, dan keempat, dilakukan pengamatan terhadap obat yang dipasarkan.
Sarah Gilbert, Profesor Vaksinologi Oxford University salah satu ilmuwan yang memimpin pengembangan vaksin mengatakan pada pekan lalu, kandidat vaksin mereka telah masuk ke tahap uji coba klinis fase tiga di Inggris.
Nama vaksin tersebut adalah ChAdOx1 nCoV-19 (AZD1222), nama ini diambil karena vaksin dibuat dari virus ChAdOx1, yang merupakan versi lemah dari virus flu biasa (adenovirus).
Vaksin kemudian direkayasa untuk menghentikan lonjakan protein pada virus SARS CoV 2.
Uji coba vaksin tahap tiga ini akan dilakukan pada 8.000 orang di Inggris.
Para peneliti juga telah memberikan vaksin kepada ratusan orang di Brasil, tapi selama beberapa minggu kedepan jumlahnya meningkat menjadi 5.000 orang. Tim peneliti juga berencana menguji coba vaksin pada 2.000 orang di Afrika Selatan.
Baca Juga: Keren! Rusia Klaim Vaksin Covid-19 Bakal Siap Akhir Tahun 2020
Vaksin yang dilisensikan AstraZeneca dan dianggap terbukti memberikan kekebalan terhadap SARS CoV 2.
Meskipun ilmuwan percaya hasilnya menjanjikan, tapi mereka tidak bisa memastikan kapan vaksin ini bisa dilepas ke publik.
Ilmuwan berharap tubuh manusia mampu mengenali dan mengembangkan imun antibodi ketika diberikan ChAdOx1 nCoV 19. Antivirus ini juga diharapkan dapat menghasilkan lonjakan glikoprotein yang akan membantu menghentikan virus SARS CoV 2 saat memasuki sel manusia yang menyebabkan sakit Covid-19.
Tidak hanya itu, teknologi vaksin ini bisa digunakan untuk menghasilkan kandidat vaksin melawan patogen virus lain penyebab flu seperti Zika, Chikungunya, coronavirus lain, Middlw East Respiratory Syndrome (MERS).
Sayangnya, para ahli mengatakan jika vaksin tidak bisa memberikan perlindungan jangka panjang.
Mengingat mereka yang pernah terinfeksi virus corona jenis lain, seperti flu biasa kembali terinfeksi ulang selama setahun, jadi vaksin harus diberikan satu tahun sekali untuk vaksin influenza.
Berita Terkait
Terpopuler
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 3 Negara yang Bisa Gantikan Kuwait untuk Jadi Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday
- Liga Inggris Seret Nenek ke Meja Hukum: Kisah Warung Kopi & Denda Ratusan Juta yang Janggal
- Deretan Kontroversi yang Diduga Jadi Alasan Pratama Arhan Ceraikan Azizah Salsha
Pilihan
-
Jangan Tertipu Tampilan Polosnya, Harga Sneaker Ini Bisa Beli Motor!
-
Tom Haye ke Persib, Calvin Verdonk Gabung ke Eks Klub Patrick Kluivert?
-
Alasan Federico Barba Terima Persib, Tolak Eks Klub Fabio Grosso
-
Siapa Federico Barba? Anak Emas Filippo Inzaghi yang Merapat ke Persib
-
Stok BBM Shell Kosong Lagi, Kapan Kembali Tersedia?
Terkini
-
Kades Dipijit Ayah Korban, Anaknya Tewas Cacingan? 6 Fakta Pilu yang Bikin Dedi Mulyadi Murka
-
Heboh! Pernyataan Kontroversial Gubernur Dedi Mulyadi Soal Anak Meninggal karena Cacingan
-
Tiada Lagi Dana Tunai, Desa di Jabar Bakal Dapat Uang Saham Bank BJB dari Dedi Mulyadi
-
Waspada! Teror Foto Syur AI Guncang Pelajar Cirebon, Ini 5 Fakta yang Wajib Kamu Tahu
-
Ngeri! Wajah Pelajar Cirebon Ditempel ke Konten Porno Pakai AI, Polisi Selidiki Jaringan Pelaku