SuaraJabar.id - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan adanya pandemi virus Corona (Covid-19) seperti sebuah ujian bagi kepemimpinan dari level rumah tangga hingga kepresidenan. Virus baru ini juga sebelumnya kerap dianggap serupa dengan demam berdarah.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengungkapkan kehadiran pandemi Covid-19 bahkan menguji hingga ke seluruh sistem politik negara. Pemerintah sampai hanya fokus pada kesehatan di awal masa pandemi lantaran belum tahu kalau perekonomian juga bakal terdampak.
"Pokoknya Covid-19 ini mengetes semua sistem politik kita. Nah Covid-19 juga di dua bulan pertama, kita menduga kirain Covid-19 ini hanya urusan kesehatan. Seperti demam berdarah lah, maka kita fokus ke situ," kata Emil dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (28/7/2020).
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dunia perekonomian pun ikut terpengaruh karena masyarakat harus membatasi interaksi sosialnya dengan tetap berada di dalam rumah. Di sini, pihaknya baru menyadari ada pengaruhnya terhadap perkonomian.
"Di bulan ketiga dan keempat ini kita sadar bahwa ternyata masalahnya sama dahsyatnya antara kesehatan dan ekonomi," ucapnya.
Emil mengungkap kalau pandemi Covid-19 sudah terprediksi, akan tetapi ia tidak menduga kondisinya bakal separah seperti sekarang ini. Oleh karena itu menurutnya gagasan dari seorang pemimpin sangat diperlukan apalagi kurva kasus Covid-19 di Indonesia merangkak naik kembali.
Para gubernur disebutkannya seolah bermain akrobat karena kurva kasus yang belum turun tetapi perekonomian tetap anjlok.
Cara Emil sendiri melawan pandemi Covid-19 ialah dengan melibatkan banyak dokter dan ilmuan. Salah satu cara yang ia pilih berdasarkan masukan ialah dengan mendisiplikan masyarakat untuk menggunakan masker.
Dengan begitu ia tidak akan melakukan karantina wilayah atau lockdown agar perekonomian tetap berjalan sambil berupaya menurunkan kurva penularan Covid-19.
Baca Juga: Ibu Lurah di Kemayoran Terpapar Covid-19, Kantornya Sementara Ditutup
"Menurunkan penyebaran virus pakai masker juga berhasil jadi lockdown. Dengan pakai masker itu sama, tapi bedanya lockdown menghancurkan ekonomi dampaknya, kalau masker tidak. Maka Jepang memilih tidak ada lockdown, tapi maskernya disiplin," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Ini Cara Gubernur Jabar Tekan Kasus Covid-19
-
Kemendikbud Kaji Pembukaan Sekolah di Daerah Zona Kuning Corona
-
Indra Penciuman Hilang akibat Covid-19, Coba Cara Ini untuk Mengatasinya!
-
Anak Sulit Disiplin Protokol Kesehatan, DPR Minta Pembukaan Sekolah Dikaji
-
Bahaya, Jangan Kenakan Masker pada Hewan Peliharaan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
BRI Perkuat Pembangunan Infrastruktur Nasional Lewat Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Rencana Dedi Mulyadi Ganti Konsultan Pengawas dengan Mahasiswa Tuai Kecaman Keras
-
Mitra MBG Disentil Keras, Diwajibkan Sumbang 30 Persen Laba untuk Sekolah
-
Minggir Dulu Lembang! Ini 4 Surga Wisata Alam Kabupaten Bandung Selatan untuk Healing Akhir Tahun
-
AgenBRILink Permudah Akses Layanan Perbankan bagi Masyarakat di Perbatasan