SuaraJabar.id - Warga di Kampung Naga Tasikmalaya tidak kesusahan dan kelaparan saat pandemi virus corona. Sebab di luar kampung ini, pergerakan warga dibatasi sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok.
Tidak di Kampung Naga. Kampung Naga ada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di sini ketahanan pangan warga desa menjadi kunci.
Meskipun memukul sektor pariwisata, namun warga adat kampung naga tetap bisa hidup dengan damai dan tenang.
Juru pelihara Kampung Naga Ucu Suherlin menuturkan, di kampung adat naga setidaknya ada 101 Kepala Keluarga.
Selama pandemi Covid-19, mereka tidak kesusahan dalam mengisi dan memenuhi kebutuhan hidup. Hal itu karena setiap kepala keluarga, mempunyai cadangan pangan sendiri.
"Warga kampung naga itu berdaulat secara pengan. Disaat terjadi pandemi Corona itu tidak kesulitan karena cadangan pangan aman," ucap Ucu, Selasa (11/8/2020).
Kampung Naga, lanjut Ucu, sudah menjadi adat dan kebiasaan jika dalam menjalani kehidupan sehari-hari diterapkan pola kesederhanaan.
Artinya, hidup seadanya dan tidak banyak menuntut hal-hal mewah.
"Untuk kebutuhan primer seperti makan mereka aman, karena kesederhanaan. Kehidupan hanya mengandalkan bertani dan membuat kerajinan," kata Ucu.
Baca Juga: 3 Generasi Keluarga Dokter Sandi Nugraha di Solo Positif Corona
Enah (80) warga kampung adat Naga mengakui, selama pandemi Corona kampung naga yang mempunyai luas 1,5, hektare sepi dari aktivitas kunjungan.
Namun hal itu tidak berdampak besar bagi kehidupan warga di dalamnya.
Warga tetap beraktivitas bertani maupun membuat kerajinan dalam pola hidup sederhana. Hal itu lantaran, dalam menjalani kehidupan mereka selalu berpegang teguh pada ajaran leluhur.
"Saaya-aya we jang kanggo tuang mah. Teu aya rencang nya daun sampeu sareng sambel we da tos biasa kitu, " ucap Enah.
Enah yang sehari-hari mengisi kegiatan dengan bertani dan membuat kerajinan pengki atau tengkor menambahkan, virus corona hanya melumpuhkan aktivitas kunjungan tidak menggerus kehidupan masyarakat adat.
"Pedah waktos corona mah sepi, sepi we teu aya hiji-hiji acan anu sumping. Tapi da ema sareng anu sanesna tetap we tiasa tuang, tiasa ngajalanan hirup," ujar Enah.
Berita Terkait
-
Mengenal COVID-19 'Stratus' (XFG) yang Sudah Masuk Indonesia: Gejala dan Penularan
-
Kenali Virus Corona Varian Nimbus: Penularan, Gejala, hingga Pengobatan Covid-19 Terbaru
-
Mengenal Virus Corona Varian Nimbus, Penularan Kasus Melonjak di 13 Negara
-
7 Fakta Kenaikan Kasus COVID-19 Dunia, Thailand Kembali Berlakukan Sekolah Daring
-
Pasien COVID-19 di Taiwan Capai 41.000 Orang, Varian Baru Corona Kebal Imunitas?
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Gerbang Tol Karawang Timur Diambil Alih Tanggung Jawab Bupati Aep, Apa Rencananya?
-
Pakar Kebijakan Publik Kritik MK: Polisi dan Kementerian Sama-Sama Sipil
-
AKPI Tawarkan Solusi UU Kepailitan Baru untuk Sukseskan Perampingan BUMN Era Prabowo
-
Kronologi Lengkap Pembunuhan Sadis di Tol Jagorawi
-
Penampakan Tali Jemuran Merah Jadi Saksi Bisu Maut Driver Taksi Online di Tol Jagorawi