SuaraJabar.id - Dosen Politeknik Kesehatan Denpasar, Jurusan Gizi Ni Made Yuni Gumala mengajak masyarakat dari semua golongan untuk mewaspadai potensi munculnya obesitas di masa pandemi Covid-19.
"Saat masyarakat terfokus dalam mencegah penyebaran COVID-19, kewaspadaan terhadap penyakit lainnya juga menjadi wabah tetap harus di tingkatkan," kata Ni Made Yuni Gumala, dilansir Antara, Jumat (18/9/2020).
Salah satu penyakit yang berpotensi muncul karena anjuran di rumah saja selama pademi Covid-19 adalah obesitas. Sebenarnya obesitas sudah menjadi wabah dan sudah banyak sekali orang di dunia terkena obesitas, tambahnya.
Ia menjelaskan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) persentase orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan lebih 13,6 persen dari jumlah penduduk. Sementara itu, untuk persentase orang-orang yang mengalami obesitas mencapai 28,1 persen dari jumlah penduduk.
"Artinya bila dijumlahkan ada sekitar 30 persen lebih penduduk Indonesia mengalami berat badan lebih, jika dilihat berdasarkan data tersebut," jelasnya.
Yuni mengatakan jika dilihat dari trennya semakin banyak orang Indonesia yang memiliki resiko berat badan berlebihan. Apabila dilihat tren lima tahun ke depan diprediksi angka kejadian obesitas akan meningkat.
Selain itu, berdasarkan Penelitian terbaru dari Univ.of North Caroline di Chapel Hill Amerika Serikat yang menemukan obesitas meningkat risiko kematian akibat Covid-19 hingga 48 persen. Kata dia, obesitas juga dikhawatirkan berdampak pada efikasi vaksin COVID-19 yang tidak optimal.
"Semua golongan bisa terkena obesitas baik dari keturunan dan gaya hidup. Kalau sekarang cenderung gaya hidup, banyak memilih makanan cepat saji tapi makanan itu bahan makanannya kurang. Jadi harus kembali lagi ke gizi seimbang. Kalau lebih banyak konsumsi karbo, lemak akan bersembunyi. Banyak sekali makanan kekinian yang gulanya tinggi, itu apalagi yang ada susunya dan ada lemaknya, bisa jadi dominan gula itu yang menumpuk," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa pemilihan jenis makanan siap saji, atau makanan dan minuman kekinian cenderung tinggi lemak, karbo dan gula.
Selain itu, pengaturan pola makan sangat diperlukan mulai dengan mengurangi jumlah lemak dan gula serta meningkatkan konsumsi sayur, buah dan olahraga. Kata dia, wajib mengacu pada gizi seimbang dan mengurangi porsi dari jumlah lemaknya.
"Aktivitas yang ditingkatkan, karena risikonya kalau obesitas lama terakumulasi mudah terkena penyakit degeneratif termasuk diabetes melitus atau kencing manis," jelas Yuni.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
5 Fakta Mencekam Pesawat Jatuh di Karawang: Mesin Mati di Ketinggian 5.500 Kaki, Pilot Lakukan Ini
-
Kesaksian Pilot Eko Saat Mesin Pesawat Mati di Langit Karawang: Tiba-tiba Loss Power
-
Aksi Heroik di Langit Karawang, Kapten Eko Agus Selamatkan 4 Kru Saat Pesawat 'Nyungsep' di Sawah
-
Cianjur Dikepung Tujuh Sesar Aktif, Ancaman Gempa Besar Bayangi Warga!
-
Terhempas di Sawah Karawang, Kesaksian Warga Lihat Pesawat PK-WMP Berputar-putar Sebelum Jatuh