Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Jum'at, 25 September 2020 | 12:51 WIB
Keluarga dan Abdi dalem Keraton Kacirebonan, saat membuat bekaseman (foto : Dok keraton Kacirebonan/Suarajabar.id)

SuaraJabar.id - Status zona merah penyebaran Covid-19 yang disandang Kota Cirebon membuat perayaan Maulid Nabi tahun ini digelar tanpa melibatkan banyak orang.

Meski begitu, Keraton Kacirebonan tetap melakukan tradisi bekaseman. Yang nantinya disajikan dalam malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad.

Namun bedanya tahun ini bekaseman, itu tidak diarak, melainkan untuk kegiatan adat internal Keraton Kacirebon dan tidak melibatkan tamu undangan.

Keluarga dan Abdi dalem Keraton Kacirebonan, saat membuat bekaseman (foto : Dok keraton Kacirebonan/Suarajabar.id)

Bekasem sendiri merupakan olahan ikan laut yang biasa disajikan pada malam puncak perayaan Maulid Nabi. Bekasem adalah ikan laut yang diolah melalui proses fermentasi. Bahannya sendiri adalah ikan-ikan segar yang terdiri dari kakap, tongkol, tenggiri, dan ikan laut berukuran besar.

Baca Juga: Warga Lombok Timur Antusias Hadiri Maulid Nabi di Ponpes Ar-Robbani

Setelah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, ikan kemudian dicampur dengan garam dan gula merah yang sudah dihaluskan. Selanjutnya ikan-ikan itu dimasukkan ke dalam guci atau gentong untuk diawetkan kurang lebih selama satu bulan dan disimpan di dalam kamar jimat Keraton.

"Bekasem ini nantinya akan disajikan sebagai salah satu lauk bersama nasi jimat di malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad. Meski akan digelar secara internal di dalam Keraton," kata Sultan Kacirebonan Pangeran Abdul Gani Natadiningrat baru-baru ini.

Proses tersebut, lanjut Pangeran Abdul Gani dimulai pada setiap tanggal 5 Safar. Karena menurutya, proses pembuatan bekasem ini membutuhkan waktu cukup lama, dan akan dibuka pada tanggal 12 Rabiul Awal yang merupakan malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad.

"Ikan bekasem ini akan disajikan dengan piring jimat dan dibawa ke Masjid Keraton. Tapi, bedanya tahun ini tidak diarak, hanya langsung dibawa ke Masjid untuk kegiatan adat internal Keraton saja," katanya.

Dijelaskan Pangeran Abdul Gani, dipilihnya ikan dalam tradisi bekasem ini karena Cirebon ini dikenal sebagai penghasil ikan laut. Terlebih lagi, dulu para wali tidak memakan daging, hanya makan buah sayur-sayuran, dan ikan laut.

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin: Perubahan Harus Cepat, Jangan Alon-alon Asal Kelakon"

"Maka dari itu, tradisi bekasem dengan menggunakan ikan laut ini, tetap pertahankan hingga sekarang, untuk menjaga warisan budaya Cirebon," katanya.

Load More