Informasi tentang perkenalan dengan A Homann terjadi di Bandung ini jelas keliru. Soalnya di koran De Locomotief yang terbit pada 26 Februari 1874 muncul iklan mengenai pernikahan antara A Homann dengan J van Hogezand yang dibubuhi dengan keterangan janda dari NJ van Gent.
Pernikahan keduanya berlangsung di Semarang tanggal 25 Februari 1874 atau tiga tahun setelah Nyonya Homann ditinggal mati suami pertamanya.
Perkenalan Nyonya Homann dengan bisnis perhotelan pun tampaknya tidak terjadi saat di Bandung. Iklan di koran De Locomotief terbitan tahun 1880 dan 1881 sudah banyak memunculkan nama Hotel Bodjong di Semarang dengan keterangan A Homann dan untuk selanjutnya diberi nama Hotel Homann dengan keterangan Bodjong.
Kemungkinan besar, hotel yang semula bernama Bodjong ini diambil alih oleh Homann dan selanjutnya berganti nama menjadi Hotel Homann. Namun tak jelas nasib Hotel Homann di Semarang ini selanjutnya.
Iklan pernikahan Nyonya Homann (J Van Hogezand) dengan A Homann di koran De Locomotief, 26 Februari 1874. Pasangan itu menikah di Semarang tanggal 25 Februari 1874. (delpher.nl).
Iklan mengenai pernikahan A Homann ini menjadi menarik bila dikaitkan dengan waktu didirikannya Hotel Homann di Bandung. Sejauh ini penulis belum memperoleh informasi akurat mengenai kapan Hotel Homann didirikan.
Inggit Fadillah dalam skripsinya yang berjudul Perkembangan Hotel Savoy Homann Bandung (1871-2000), dengan mengutip sumber dari Proyek Pembinaan dan Pelestarian Kepurbakalaan Jawa Barat (terbit 1989) menyebut berdirinya Hotel Homann dapat diketahui lewat akte Eigendom No. 47 tanggal 7 Juni 1880, dan akte Eigendom No. 104 tanggal 31 Oktober 1889.
Tak diketahui apa isi kedua eigendom berbeda tahun itu. Namun sebagaimana tertera di judul skripsinya, sejarah Hotel Homann dimulai pada 1871. Kalau 1871 itu merujuk pada tahun didirikannya Hotel Homann, maka hotel itu sudah ada sebelum Nyonya Homann menikah dengan A Homann. Informasinya jelas berbeda dengan yang ditulis dalam obituari, juga yang muncul dalam buku Gids voor Bandoeng.
Nyonya Homann Mendirikan Hotel Montagne di Lembang
Nyonya Homann diceritakan mengelola Hotel Homann sampai sekitar tahun 1908. Buku Gids voor Bandoeng tampaknya jadi semacam kado perpisahan sekaligus legacy terhadap jasa besar Nyonya Homann dalam membesarkan hotelnya itu. Buku Gids voor Bandoeng ini memang diterbitkan oleh AC Nix & Co dengan mitra utama Hotel Homann.
Baca Juga: Bersihkan Radio Malabar, Anji Manji Malah Dituding Bikin Kerusakan
Mengapa Nyonya Homann berhenti mengelola hotelnya. Kemungkinan besar karena usianya. Saat itu, Nyonya Homann terbilang sepuh, sudah berumur 70 tahun. Sementara suaminya, A Homann, juga tak bisa membantu lantaran sudah lebih dulu meninggal dunia. Di sisi lain, entah mulai kapan, manajemen Hotel Homann membuka diri dengan sistem kemitraan.
Pada 1908 itu, Hotel Homann sudah bukan 100% milik kedua pasangan itu, melainkan sudah menjadi milik sejumlah pemegang saham. Dengan demikian, setiap tahun dilakukan semacam rapat umum pemegang saham yang diiringi dengan pembagian dividen.
Lepas dari kesibukan di Hotel Homann, Nyonya Homann menetap di Lembang (yang sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat). Dia membeli sebuah vila di kawasan yang tenang dan dingin itu. Mungkin karena orangnya memang tak bisa diam, vila itu tak lama kemudian berubah fungsi menjadi hotel. Namanya Hotel Montagne dan dikelola oleh CNJ van Gent, anak Nyonya Homann dari suami pertamanya.
Obituari itu juga menceritakan, salah satu yang menjadi ciri khas Nyonya Homann adalah seringnya dia bepergian ke luar negeri. Tujuannya dua. Pertama, untuk memperluas wawasannya akan bisnis perhotelan. Kedua, untuk rekreasi. Kebiasaan itu terus dilakukannya kendati fisiknya sudah menurun lantaran usia.
Awal 1917, saat umurnya 79 tahun, Nyonya Homann berangkat ke Eropa. Orang-orang dan kerabat dekat sudah mengingatkannya akan kondisi kesehatannya. Akan tetapi, Nyonya Homann tetap memutuskan untuk berangkat. Pada Maret 1917, Nyonya Homann kembali ke Hindia Belanda dengan menumpang kapal Wilis. Di atas kapal itu Nyonya Homann dikabarkan sakit sampai malaikat maut menjemputnya. Dengan demikian, perjalanan itu menjadi perjalanan terakhir Nyonya Homann.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Keturunan Rp260,7 Miliar Bawa Kabar Baik Setelah Mauro Zijlstra Proses Naturalisasi
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- 41 Kode Redeem FF Terbaru 10 Juli: Ada Skin MP40, Diamond, dan Bundle Keren
- 4 Rekomendasi Sepatu Running Adidas Rp500 Ribuan, Favorit Pelari Pemula
- Eks Petinggi AFF Ramal Timnas Indonesia: Suatu Hari Tidak Ada Pemain Keturunan yang Mau Datang
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Prediksi Oxford United vs Port FC: Adu Performa Ciamik di Final Ideal Piala Presiden 2025
-
Ole Romeny Kena Tekel Paling Horor Sepanjang Kariernya, Pelatih Oxford United: Terlambat...
-
Amran Sebut Produsen Beras Oplosan Buat Daya Beli Masyarakat Lemah
-
Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
Terkini
-
Akhirnya! Rumah Pemulasaran di Tasikmalaya Resmi Dibuka, Jadi Simbol Toleransi
-
Pendampingan Klasterkuhidupku BRI Jadikan UMKM Tanaman Hias di Kota Batu Semakin Maju
-
Transformasi Digital BRI Lewat AgenBRILink Dorong Inklusi Keuangan
-
BRI Perkuat Reputasi Global, Pimpin Daftar Bank Terbaik di Indonesia
-
Fakta Kelam Gadis 16 Tahun di Cianjur: 4 Hari Disekap, Digilir 12 Pria, Pelaku Termasuk Pelajar