Scroll untuk membaca artikel
Ari Syahril Ramadhan
Rabu, 16 Desember 2020 | 17:51 WIB
ILUSTRASI Pelaku UMKM melayani warga yang akan membeli produk UMKM yang dijual saat Promo 11.11. [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJabar.id - Pandemi Covid-19 memberikan pukulan cukup telak pada perekonomian Jawa Barat. Pada triwulan II tahun 2020 ini, pertumbuhan ekonomi Jabar terkontraksi sangat dalam, di angka minus 5,98% secara year-on-year (y-on-y).

Angin segar berhembus saat memasuki triwulan III. Kegiatan ekonomi akhirnya dibuka secara perlahan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Kebijakan tersebut membuat ekonomi Jabar triwulan III-2020 terhadap triwulan sebelumnya meningkat sebesar 3,37% (q-to-q).

Namun jika ditilik dalam analisis tahunan (y-on-y), ekonomi Jabar pada triwulan III-2020 tetap mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu minus 4,08%.
Perlambatan ekonomi Jabar pada triwulan II-2020 dan III-2020 terjadi karena kinerja ekonomi dari sisi lapangan usaha terkontraksi pada hampir seluruh sektor unggulan di Jabar.

Baca Juga: Tak Mau Sendiri, Ridwan Kamil Minta Polisi Juga Periksa Gubernur Banten

Konsumsi rumah tangga menurun drastis seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. Banyak perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Lesunya kegiatan ekonomi berdampak pada roda produksi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Banyak pelaku UMKM berhenti beroperasi untuk sementara waktu. Padahal, UMKM menjadi salah satu sektor paling krusial dalam perekonomian Jabar.

Kondisi ini melatarbelakangi lahirnya Gerakan Silih Tulungan yang digagas Divisi Komunikasi dan Gerakan Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar.

Ketua Divisi Komunikasi dan Gerakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar Eric Wiradipoetra berharap, Gerakan Silih Tulungan dapat berjalan dengan komprehensif, terukur, inovatif, dan kolaboratif.

"Silih tulungan adalah praksis egalitarian karena kata silih menyiratkan kesetaraan. Setiap manusia dikodratkan saling membutuhkan, menolong, dan ditolong, memberi, dan menerima pemberian. Semangat inilah yang ingin kami bentuk," kata Ericdalam Forum Group Discusion (FGD) 7 Divisi PED, Rabu (16/12/2020).

Baca Juga: Polisi Tak Periksa Gubernur Banten Soal Rizieq, RK: Kita Kan Negara Hukum

Silih Tulungan merupakan gerakan sosial masyarakat, bukan mobilitas sosial. Nantinya, Silih Tulungan akan diejawantahkan menjadi program aksi dan literasi digital Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar.

Eric menyatakan, gerakan Silih Tulungan bertujuan menggali, merevitalisasi, membangunkan, karakter masyarakat Jabar, yakni gotong royong. Menurut Eric, gotong royong menjadi modal dasar untuk menyelamatkan, memulihkan, dan menormalkan, ekonomi Jabar yang terpukul telak oleh pandemi COVID-19.

"Gerakan Silih Tulungan disarikan dari kredo masyarakat Jawa Barat yakni, Silih Asih-Silih Asuh-Silih Asah. Perlu adanya gerak kohesi sosial setiap individu masyarakat untuk terlibat dalam pemulihan ekonomi daerah. Diperlukan rancangan gerakan pemulihan yang bertumpu pada keterlibatan masyarakat," imbuhnya.

Eric mengatakan ada tujuh divisi dalam PED yang saling berkolaborasi untuk pemulihan ekonomi di Jabar. Kolaborasi ini diperlukan untuk bersama-sama bergrak dari berbagai sisi dalam upaya pemulihan ekonomi.

Tujuh divisi yang terlibat dalam PED antara lain divisi pertanian dan ketahanan pangan, divisi pariwisata telekomunikasi dan transportasi, divisi kontruksi dan properti, divisi komunikasi dan gerakan, divisi manufatur, luar negeri dan tenaga kerja, divisi usaha mikro kecil menengah dan ekonomi kreatif dan divisi kajian ekonomi dan jasa keuangan.

“Kami sudah membuat buku, Patokan Gerak, sebagai langkah dan petunjuk Silih Tulungan ini agar bisa bergerak beriringan dan terorganisir dengan program yang sudah direncanakan masing-masing divisi,” tegasnya.

Eric mengatakan Silih Tulungan harus menjadi gerakan sosial yang menjadi budaya masyarakat Jabar dimasa kini dan mendatang.

“Kami ingin membangun budaya Silih Tulungan ini di masyarakat Jabar,” tegasnya.

Eric mengatakan sikap sosial warga Jabar masih sangat tinggi,sehingga menurutnya bukan hal sulit untuk mengimplementasikan Silih Tulungan. Konsep gotong royong “khas” Jabar ini akan memaksimalkan potensi lokal. Sebab menurutnya setiap daerah memiliki ciri khas saling tolong -menolong yang unik. Namun kedepan aksi ini harus lebih terorganisir melalui Silih Tulungan.

“Jika masyarakat terlibat aktif maka pemulihan ekonomi akan lebih cepat, tegasnya.

Ia memberikan contoh-contoh kecil Silih Tulungan yang mudah dilakukan. Misalnya membeli produk lokal atau membeli barang yang dijual teman.

“Beli barang dari teman, tapi barangnya juga harus berkualitas, artinya saling memberikan kepercayaan, itu adalah contoh Silih Tulungan sederhana,” tegasnya.

Selain itu, menurut Eric, Silih Tulungan bukan hanya saja menjadi gerakan sosial, namun bisa menjadi gerakan ekonomi lokal. Yakni dengan memanfaatkan logo Silih Tulungan untuk beragam kegiatan ekonomi.

“Silahkan pakai logo untuk produk kaos lalu dijual. Atau menjadi motif batik. Atau bahkan menjadi kartu diskon,” tegasnya.

Logo Silih Tulungan sendiri bergambar dua tangan saling mencengkeram dengan kencang yang menunjukan gerakan saling menolong, dengan tulisan Silih Tulungan dan warna biru, kuing, hijau dan coklat sebagai warna dasarnya.

“Logo ini cukup menarik dan bisa menjadi gambar unik di kaos distro atau motif batik. Jadi silahkan saja pakai untuk keperluan saling menolong,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Divisi Komunikasi dan Gerakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar Aat Soeratin mencontohkan bagaimana Silih Tulungan bergerak di tengah masyarakat. Untuk menyelamatkan UMKM, kata Aat, masyarakat yang memiliki penghasilan dapat membeli barang ke UMKM-UMKM sekitar tempat tinggalnya.

Dengan begitu, UMKM dapat kembali menghidupkan roda produksi. Pun demikian dengan pelaku UMKM itu sendiri. Bahan dasar yang diperlukan untuk berproduksi bisa didapatkan dari pelaku UMKM lainnya.

"Untuk membuat kaus. UMKM bisa mencari kain dari UMKM lain. Begitu juga saat proses penyablonan. Jika itu terjadi, bayangkan ada berapa UMKM yang kembali berproduksi karena satu kaus saja. Masyarakat dapat memberi kontribusi dalam pemulihan ekonomi dengan mengubah perilakunya. Menggunakan dan membeli produk lokal adalah upaya menolong pemulihan ekonomi," tambahnya.

Guna menyelamatkan sektor pariwisata, kata Aat, Silih Tulungan dapat menjadi basis Gerakan Silih Anjangan atau saling mengunjungi antar kabupaten/kota maupun antar daerah tujuan wisata.

"Saling mengunjungi ini cocok untuk Jabar yang memiliki beragam ekosistem. Karena berkunjung, wisatawan harus berlaku baik. Misal dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Begitu juga tuan rumah, harus mencegah adanya penularan Covid-19 di tempatnya," katanya.

Jika itu dilakukan, sektor pariwisata akan mulai bergerak. Pelaku pariwisata yang terdampak secara ekonomi dapat kembali berkegiatan. Daya beli masyarakat pun perlahan akan menguat.

"Saling menolong atau gotong royong merupakan nilai kemasyarakatan yang perlu direvitalisasi," kata Aat.

Load More