Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 24 Desember 2020 | 13:15 WIB
Pengamat Pariwisata, Ike Janita Dewi dalam pemaparannya pada webinar Rabu (23/12/2020). - (YouTube/Suara.com)

Namun, Ike juga memberikan apresiasi kepada Kemenparekraf yang sudah memberikan program yang sistematis untuk menerapkan Clenaliness, Helath, Safety + Environment Sustainability(CHSE). Dalam era new normal, metode CHSE tersebut yang paling utama untuk diperhatikan. Pilihan konsumen akan didasarkan pada kapabilitas untuk menerapkan CHSE secara konsisten. Metode itu jadi modal utama untuk membangun kepercayaan diri pasar.

Permasalahannya, seorang wisatawan tidak hanya diam di satu tempat saja. Ia berkunjung ke tempat wisata, tempat makan, bandara, penginapan dan sebagainya. Untuk itu, seluruh titik perjumpaan harus konsisten menerapkan CHSE. Menurut Ike, yang justru sulit untuk ditertibkan adalah kuliner-kuliner yang ada di pinggir jalan. Masa new normal ini adalah fase untuk menunggu hingga syarat rapid test atau swab ini menjadi hal yang biasa.

"Saya sampaikan untuk industri pariwisata harus siap dengan syarat yang demikian," tukasnya.

Namun, khusus untuk Bali harus menggunakan syarat berpergian berupa hasil swab negatif. Hal tersebut, disampaikan Ike sebab wilayah Bali ingin bisa segera membuka diri untuk wisatawan mancanegara. Untuk itu, ada dua hal yang harus diperhatikan. Yakni angka penularan di Bali harus menurun. Kedua, mau tidak mau, Bali harus menyertakan syarat swab.

Baca Juga: Sempat Blokir Twitter Sandiaga Uno, Susi Pudjiastuti Sampaikan Pesan Ini

Industri pariwisata atau perhotelan pada umumnya mau tidak mau harus ada perubahan model bisnis untuk strategi operasional bisnis. Misalnya saja ada peran teknologi, inovasi dan efisiensi bisnis pariwisata. Selanjutnya Ike melihat di Indonesia ada beberapa langkah strategi pemulihan pariwsiata yang diterapkan pemerintah. Permulihan pertama yang menjangkau pasar lokal dan wisata nusantara sejak Juli hingga Desember.

Tahap kedua pasar wisata nusantara dan kebangkitan pasar mancanegara mulai semester kedua tahun 2021. Terakhir, adalah akselerasi pasar domestik dan pasar mancanegara mulai pada semester kedua tahun 2022. Perlu adanya koridor perjalanan antar provinsi, kabupaten, kota dan negara untuk memperlancar mobilitas masyarakat. Masa new normal dengan syarat tes diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun 2021.

"Tenaga kerja yang terdampak ini kita juga punya perhitungannya ternyata sangat besar," terang Ike.

Dengan jumlah populasi yang sangat besar di Indonesia, saat faktor ekonomi yang terdampak akan terjadi kriminalitas. Orang lapar akan melakukan semua cara untuk mengatasinya. Ia berharap jangan sampai ada dampak yang lebih parah dari pandemi ini. Terakhir, Ike meyakini bahwa pandemi akan membawa industri pariwisata kepada tingkat yang lebih baik. Misal saja untuk standar kebersihan, sanitasi dan kesehatan.

Baca Juga: Nataru Saat Pandemi Covid-19, Uskup Agung Semarang Ajak Umatnya Bersyukur

Load More