SuaraJabar.id - Pegiat isu-isu keberagaman dari komunitas Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) Wawan Gunawan mengaku sepakat dengan tindakan pemerintah yang melakukan pembubaran juga larangan bagi organisasi massa Front Pembela Islam (FPI).
"Saya mengapresiasi langkah pemerintah membubarkan FPI, ini bentuk keseriusan pemerintah dalam deradikalisasi, ini bagus sebagai tahap pertama untuk shock terapi bagi kelompok radikal," ujar Wawan kepada Suara.com, baru-baru ini.
Namun, Wawan pun mengatakan sebetulnya tindakan pemerintahan tidak serta merta berhenti dalam membubarkan FPI secara lembaga, melainkan perlu ada tindak lanjut yang lebih nyata untuk membasmi deradikalisasi ataupun menyemai toleransi.
"Kalau sekedar pembubaran bisa saja bentuk radikalismenya dalam bentuk lain misalkan Hizbut Tahrir juga kan sudah dibubarkan tapi bentuk-bentuk lain dari Hizbut Tahrir juga banyak, mereka bermetamorfosa dalam bentuk ormas-ormas lain," katanya.
Baca Juga: Teddy PKPI Sindir Orang PKS: Lucu dan Seenaknya
"Kalau ingin lebih efektif mungkin juga pemerintah perlu proaktif, kalau itu kan reaktif, ada FPI yang huru-hara baru kemudian ditindak itu kan terlambat juga ya," tambahnya.
Wawan menyarankan perlu ada keseriusan dari pemerintah untuk mengatasi masalah radikalisasi. Ia menyodorkan 4 konsep yang perlu dilakukan pemerintah untuk mengurusi masalah toleransi di Tanah Air.
Pertama, kata dia, perlu adanya kurikulum pendidikan tentang pentingnya toleransi. Selama ini, kata dia, memang ada kurikulum untuk masalah itu, tapi perlu ada kajian lebih jauh, mengingat indikatornya tidak jelas.
"Kalau misalnya selama ini di pendidikan ada (kurikulum toleransi) ya harus ditinjau ulang, apakah masih tektualis atau kapasitas guru (tidak memadai) jadi harus diteliti sejauh mana efektivitas pendidikan toleransi di Indonesia," bebernya.
Kedua, kata dia, pemahaman tentang toleransi ini harus lebih dikuatkan lagi dengan instrumen nasional. Bagaimana, kemudian, sikap toleransi itu menjadi budaya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. .
Baca Juga: Gerindra Terbelah, Fadli Zon Bantah Pernyataan Keponakan Prabowo
Ketiga, perlu adanya upaya deradikalisasi sebagai lawan dari radikalisme. Maksudnya, kata dia, pemerintah harus berani menindak tegas kelompok radikal dan bukan malah dijadikan mainan semata.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Wamenekraf Sebut Destinasi Ini Wujud Toleransi dan Kreativitas dalam Pariwisata Indonesia
-
Lebih dari Sekadar Tren: War Takjil sebagai Perekat Toleransi
-
Rampung Juli 2025, Indonesia Bakal Punya Sekolah Tinggi Ilmu Konghucu Negeri Pertama
-
Kisah Oshin, Simbol Persatuan: Menjaga Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi Tanpa Batas Agama
Terpopuler
- Pascal Struijk Aneh dengan Orang Indonesia: Kok Mereka Bisa Tahu
- 3 Klub BRI Liga 1 yang Memutuskan Pindah Homebase Musim Depan, Dua Tim Promosi Angkat Kaki
- Pascal Struijk: Saya Pasti Akan Memilih Belanda
- Bakal Bela Timnas Indonesia, Pascal Struijk: Saya Tak Akan Berubah Pikiran
- Rekomendasi Mobil Bekas Harga Rp60 Jutaan: Pilihan untuk Keluarga Baru, Lengkap Perkiraan Pajak
Pilihan
-
Geely Auto Luncurkan Galaxy Cruiser, Mobil Berteknologi Full AI di Auto Shanghai 2025
-
Jakmania Bersuara: Lika Liku Sebarkan Virus Orange di Kandang Maung Bandung
-
Ikuti Jejak Doan Van Hau, Bintang Thailand Kena Karma Usai Senggol Timnas Indonesia?
-
Hasil BRI Liga 1: Dibantai Borneo FC, PSIS Semarang Makin Terbenam di Zona Degradasi
-
5 Rekomendasi HP dengan Kecerahan Layar Maksimal di Atas 1000 Nits, Jelas dan Terang di Luar Ruangan
Terkini
-
Jangan Sampai Ada Korban Lagi, Dedi Mulyadi Wanti-wanti Katering Program Makan Bergizi Gratis
-
Jadi Sorotan Dedi Mulyadi, Bupati Subang Klaim Premanisme di Pabrik BYD Tuntas
-
Modern Cancer Hospital Guangzhou: Bangun Kembali Kehidupan dengan Minimal Invasif Terintegrasi
-
Imigrasi Jabar Bongkar Potensi Bahaya Orang Asing di Bandung-Cimahi!
-
Sehat Bersama KB Bank: Program Kesehatan Holistik untuk Masyarakat